Minggu, 21 Oktober 2012

Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer di Kamar Bersalin RSUD

KTI SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI KAMAR BERSALIN RSUD

ABSTRAK
Perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang berlebihan (500 ml/lebih) dari saluran genetalia yang terjadi dalam kurun waktu 24 jam pertama pascapersalinan. Dan kematian Ibu banyak terjadi setelah melahirkan dan terbanyak terjadi pada 24 jam pertama pascapersalinan yang penyebabnya adalah perdarahan.. Dari studi kasus tersebut menunjukkan kematian Ibu paling banyak dipengaruhi oleh salah satu faktor reproduksi yaitu paritas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer. Desain penelitian yang digunakan adalah desain korelasi cross-sectional dengan menggunakan teknik dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medis RSU USD pada tanggal 14-20 Juli. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien di Bagian Rekam Medis RSU USD periode 1 Januari – 31 Desember yang mengalami perdarahan postpartum (500 ml/lebih) pada usia kehamilan ≥ 20minggu dalam selang waktu 24 jam pertama pascapersalinan. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Dari hasil penelitian didapatkan 29 kejadian perdarahan postpartum primer periode 1 Januari – 31 Desember yang telah disaring dalam kriteria inklusi dan eksklusi. Kejadian perdarahan postpartum primer terbanyak terjadi pada tingkat paritas tinggi (lebih dari 1) yaitu sebanyak 20 kasus (68,97 %). Setelah dilakukan analisa data menggunakan uji Chi Kuadrat berdasarkan dk = 1 dan α = 0.05 maka Chi Kuadrat tabel = 3,48 sedangkan harga Chi Kuadrat hitung = 4,16. Kesimpulan diperolah dengan membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel didapatkan X2 hitung > X2 tabel, yang memberikan arti bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer. Hal ini berarti bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami perdarahan postpartum primer.
Kata Kunci : paritas, perdarahan postpartum primer

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil. (Farrer, Helen. 1999 : 225). Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses-proses dalam kehamilan berjalan terbalik. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004 : 492).
Ketika memasuki masa nifas, atau lebih tepatnya setelah lahirnya plasenta, dapat terjadi gangguan atau kelainan patologis dalam bentuk perdarahan postpartum.(Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998 :295)
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama morbiditas maternal. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004 : 663). Di berbagai negara, paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai hampir 60%. Kematian maternal di Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara. Dan kematian maternal tersebut lebih banyak terjadi setelah persalinan, tepatnya dalam 24 jam pertama postpartum yang penyebab utamanya adalah perdarahan.(Rukmini, LK Wiludjeng. 2007). Disamping menyebabkan kematian, perdarahan postpartum memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. (http://fkunsri-wordpress.com. 2007)
Kematian ibu yang disebabkan perdarahan postpartum , 17 % adalah pada ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya dibandingkan dengan 44 % dari ibu yang telah melahirkan empat kali atau lebih. (Royston, Erica. 2001 : 82). Lebih tinggi paritas lebih tinggi angka kematian maternal. Ibu-ibu dengan kehamilan lebih dari satu kali atau yang termasuk multipara mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan primipara. (http://fkunsri-wordpress.com. 2007)
Perdarahan pascapartum dapat terjadi tiba-tiba dan bahkan sangat masif. Perdarahan sedang tetapi menetap dapat berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perdarahan postpartum dapat terjadi dini atau lambat. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004 : 664).
Perdarahan postpartum dini atau primer dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan yang merupakan kehilangan 500ml darah atau lebih. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004 : 664). Perdarahan postpartum primer sungguh lebih mengancam jiwa.(Chalic, TMA. 1998 : 185). Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. (http://www.path.org.2002)
Data yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Surabaya, bahwa dari 5 Rumah Sakit (RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka, RSUD Larantuka dan RSUD Serang) didapatkan sebesar 83,3% kematian Ibu terjadi setelah melahirkan dan terbanyak terjadi pada 24 jam pertama pascapersalinan. Dari studi kasus tersebut menunjukkan kematian Ibu paling banyak dipengaruhi oleh salah satu faktor reproduksi yaitu paritas. (Rukmini, LK Wiludjeng. 2007)
Berdasarkan laporan analisa data KIA Dinkes Propinsi Jawa Timur tahun 2005, penyebab kematian Ibu terbanyak adalah karena perdarahan dan terbanyak adalah karena perdarahan postpartum yaitu sebesar 60%. Dan sebagian besar perdarahan postpartum (75%) terjadi pada 24 jam pertama pascapersalinan yang salah satu faktor pemicunya adalah paritas yang tinggi. (Retnasih, Nenny. 2003)
Menurut Rekap Kajian Data Kematian Ibu Dinas Kesehatan Kabupaten tahun, kematian maternal karena perdarahan postpartum mengambil bagian terbesar dari seluruh penyebab kematian maternal di Kabupaten.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kamar Bersalin RSUD  tanggal 1 Januari – 28 Februari didapatkan bahwa jumlah total pasien yang mengalami perdarahan postpartum primer sebanyak 3 orang. 1 orang primipara dan 2 orang multipara.
Dari beberapa pernyataan yang terdiskripsi pada latar belakang, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer di Kamar Bersalin RSUD periode 1 Januari – 31 Desember.

1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer di Kamar Bersalin RSUD periode 1 Januari – 31 Desember ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer di Kamar Bersalin RSUD periode 1 Januari – 31 Desember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi jumlah berbagai tingkat paritas ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer di Kamar Bersalin RSUD  periode 1 Januari – 31 Desember.
1.3.2.2 Mengidentifikasi jumlah kejadian perdarahan postpartum primer di Kamar Bersalin RSUD periode 1 Januari – 31 Desember.
1.3.2.3 Mengidentifikasi berbagai penyebab kejadian perdarahan postpartum primer di Kamar Bersalin RSUD periode 1 Januari – 31 Desember.

1.3.2.4 Menganalisa hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer di Kamar Bersalin RSUD periode 1 Januari – 31 Desember.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer.
1.4.2 Bagi Lahan Penelitian
Dapat digunakan sebagai informasi tentang hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer sehingga dapat dilakukan antisipasi atau pencegahan terhadap terjadinya perdarahan postpartum primer.
1.4.3 Bagi institusi
Sebagai sumber informasi data, khususnya tentang hubungan paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya tentang faktor¬faktor yang meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum primer
silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI KAMAR BERSALIN RSUD
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: