Rabu, 24 Oktober 2012

Hubungan Berat Badan Lahir dengan Terjadinya Ruptur Perineum Spontan pada Persalinan Normal Ibu Primigravida di BPS

KTI SKRIPSI
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN TERJADINYA RUPTUR PERINEUM SPONTAN PADA PERSALINAN NORMAL IBU PRIMIGRAVIDA DI BPS

ABSTRAK
Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. sedangkan ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah vagina pada saat melahirkan, beban psikologis mengahadapi proses persalinan dan karena ketidaksesuaian antara jalan lahir dan janinnya. Efek yang ditimbulkan dari ruptur perineum apabila tidak dilakukan penatalaksaan yang benar akan menimbulkan perdarahan, sehingga juga bisa menyebabkan kematian pada ibu post persalinan. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahuai hubungan berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum spontan pada persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten .
Desain yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan retrospektif. Populasinya adalah Semua ibu primigravida yang melahirkan di BPS “” pada tanggal 1 Januari sampai 31 Desember yang didapat dari data rekam medik sebanyak 38 ibu. Dengan tehnik sampling jenuh maka sampel ditentukan sebanyak 38 ibu. Hipotesa di uji dengan Chi –kuadrat dengan signifikansi 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas berat badan lahir anak normal (2500gr-3500gr). Mayoritas ibu tidak mengalami ruptur perineum. Analisis stasistik mendapatkan hasil 2 = 10,6 1 > tabel =5,59 1 yang berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum di BPS”” Desa Kecamatan Kabupaten. Disarankan kepada bidan untuk memberikan penyuluhan serta menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil agar bisa melenturkan otot-otot dinding perineum sehingga ruptur bisa dihindarkan.
Kata kunci : berat badan bayi lahir, ruptur perineum, persalinan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan sangat di pengaruhi oleh ”3P” yaitu janin (passenger), jalan lahir (passage) dan (tenaga) power dan ”2P” yaitu position dan phsycologi (Manuaba, 2005). Persalinan dengan berat badan janin besar dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan seperti hipertensi dalam kehamilan, polihidramnion (cairan ketuban berlebih), persalinan lama, persalinan sulit misalkannya karena bahu macet, perdarahan pasca persalinan dan Ruptur perineum (Krisnadi, 2009), selain itu resiko berat badan janin besar pada janin itu sendiri adalah terjadinya patah tulang selangka pada saat persalinan (Partiwi, 2009).
Data inpartu di wilayah Kabupaten berdasarkan laporan di Dinas Kesehatan Kabupaten tahun  sebanyak 7920 dan kejadian Ruptur perineum dari jumlah persalinan normal 248 kasus. Di wilayah Kerja Puskesmas Tarokan mencatat data inpartu 223 pada tahun dan kejadian Ruptur perineum dari 223 persalinan normal mencapai 84 kasus, dimana 1 kasus Ruptur perineum di rujuk ke Rumah Sakit.
Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan Fitariyanti (2007) di BPS Dwi Yuni angka kejadian Ruptur perineum yang dialami ibu primigravida tahun 2007 masih sangat tinggi yaitu sebanyak 41 orang (65%) dari 63 persalinan normal. Sedangkan yang tidak mengalami Ruptur perineum berjumlah 22 orang. Jumlah bayi yang lahir dengan berat badan > 3100 gr yaitu 32 bayi sedangkan yang < 3.100 gr sebanyak 31 bayi. Dari 32 orang ibu yang melahirkan dengan berat badan bayi > 3.100 gr yang mengalami Ruptur perineum berjumlah 30 orang dan yang tidak mengalami Ruptur perineum 2 orang. Sedangkan dari 31 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan < 3.100 gr yang mengalami Ruptur perineum sebanyak 11 orang dan yang tidak sebanyak 20 orang.
Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya robekan spontan maupun episiotomi. Ruptur perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan dan perdarahan, sedangkan Ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah vagina pada saat melahirkan, juga bisa terjadi karena beban psikologis mengahadapi proses persalinan dan yang lebih penting lagi Ruptur perineum terjadi karena ketidaksesuaian antara jalan lahir dan janinnya, oleh karena efek yang ditimbulkan dari Ruptur perineum sangat kompleks (Partiwi, 2009). Ruptur perineum apabila tidak dilakukan penatalaksaan yang benar akan menimbulkan perdarahan, sehingga juga bisa menyebabkan kematian pada ibu post persalinan.
Dari uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang ” hubungan berat badan lahir dengan terjadinya Ruptur perineum spontan persalinan normal ibu primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Adakah hubungan berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum spontan pada persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten ?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahuai hubungan berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum spontan pada persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten.

1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi berat badan lahir di BPS”” Desa Kecamatan Kabupaten.
1.3.2.2 Mengidentifikasi terjadinya ruptur perineum spontan persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten
1.3.2.3 Menganalisis hubungan berat badan lahir dengan terjadinya ruptur perineum spontan persalinan normal primigravida di BPS “” Desa Kecamatan Kabupaten

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi bagi institusi pendidikan dalam meningkatkan kemampuan calon-calon bidan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi terjadinya ruptur perineum.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Dapat dijadikan dasar dalam meningkatkan kemampuan dalam melakukan pertolongan persalinan, sehingga dapat menekan timbulnya ruptur perineum
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat di pakai untuk mnyusun rencana asuhan pada ibu hamil dalam hal psikologinya sehingga kecemasan pada saat persalinan bisa ditekan dan akan menekan pula ruptur perineum.
silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN TERJADINYA RUPTUR PERINEUM SPONTAN PADA PERSALINAN NORMAL IBU PRIMIGRAVIDA DI BPS
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: