Minggu, 21 Oktober 2012

Hubungan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada saat Persalinan dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir (BBL)

KTI SKRIPSI
HUBUNGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA SAAT PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR (BBL)

ABSTRAK
Asfiksia adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan, teratur dan adekuat. Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah satu penyebab langsung dalam persalinan yang mempunyai dampak terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan terjadinya ketuban pecah dini (KPD) pada saat persalinan dengan terjadinya asfiksia pada BBL di RSU  bulan September-Mei. Metode penelitian menggunakan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu retrospektif. Responden dalam penelitian ini berjumlah 38, yang terdiri dari 21 bayi berjenis kelamin laki-laki dan 17 bayi dengan jenis kelamin perempuan, dengan karakteristik ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) saat persalinan sebanyak 24, dan yang tidak mengalami Ketuban Pecah Dini saat Persalinan sebanyak 14. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan menggunakan lembar pedoman dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan uji chi kuadrat dengan taraf signifikansi 5% dan df 2. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan chi kuadrat, didapatkan x2 hitung 18,643 sementara dengan db = 2 didapatkan x2 tabel 5,991. Ternyata x2 hitung lebih besar daripada x2 tabel, yang berarti bahwa ada hubungan terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD) pada saat persalinan dengan terjadinya asfiksia pada Bayi Baru Lahir (BBL) di RSU PKU bulan September-Mei. Diharapkan bagi ibu hamil selalu memperhatikan kehamilanya sehinga bisa mengantisipasi terjadinya KPD yang berakibat pada asfiksia pada BBL. Untuk peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian terhadap variabel yang serupa, diharapkan untuk meperhatikan faktor-faktor lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini, yaitu kesehatan ibu, placenta, fetus, dan neonatus.
Kata kunci    : Ketuban Pecah Dini (KPD) Asfiksia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator derajat kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dapat dilihat pada tingkat Angka Kematian Ibu (AM) maternal per 1000 kelahiran hidup. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Secara nasional berdasarkan hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2003 menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Ibu, yakni pada tahun 1992 AKI masih 421 per 100.000 kelahiran hidup, maka pada tahun 1996 — 2003 menjadi 304 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2003).
Pemerintah melalui program Making Pregnancy Safer (MPS) berupaya untuk meningkatkan kemampuan sistem kesehatan dalam rangka menjamin penyediaan dan pemantauan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menanggulangi penyebab utama kematian ibu dan Bayi Baru Lahir (BBL). Dalam pelaksanaannya, MPS memfokuskan pada intervensi utama di sektor kesehatan yang berbasis masyarakat, dengan penekanannya pada persediaan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan secara tepat dan efektif.
Pecahnya selaput ketuban jauh sebelum aterm, lebih baik disebut ketuban pecah dini, daripada ketuban pecah prematur. Ketuban pecah prematur biasanya digunakan untuk pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu.
Pecahnya selaput ketuban jauh sebelum aterm merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal, serta morbiditas dan bahkan mortalitas maternal yang penting. Seringkali pecahnya selaput ketuban terjadi secara spontan dan yang sebabnya tidak diketahui. Sayangnya, terkadang sebabnya adalah iaterogenik, sebagai akibat upaya induksi persalinan yang salah waktunya (William, 1996).
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah satu penyebab langsung dalam persalinan yang mempunyai dampak terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Tenaga medis termasuk diantaranya tenaga bidan sangat besar peranannya dalam menemukan kasus KPD, sehingga penanganan terhadap KPD dapat memberikan upaya preventif dengan cara memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang penyakit dan komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas termasuk penanganan KPD. Dalam penanganan KPD, bidan dalam Kepmenkes RI No. 900 tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktisi Bidan dalam Penanganan Pertolongan Persalinan.
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin (Ilmu Kebidanan, 2002).
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport 02 dan ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan 02 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dan lain-lain. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anesthesia dan analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dan lain-lain Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.
Di Indonesia pada tahun 1995 urutan kematian neonatal adalah asfiksia (21,1%) dan sekitar 3% bayi mengalami asfiksia lahir tingkat sedang dan tingkat berat (Depkes RI, 1999). Tingginya angka kematian pada balita merupakan masalah utama kesehatan anak di Indonesia (Depkes RI, 1999).
Dan hasil studi pendahuluan selama 4 minggu mulai dari 1 September-27 Oktober terdapat 10 bayi yang mengalami asfiksia yang berada di ruang bayi RSU Tahun, diperoleh data dari rekam medik 8 bayi asfiksia menunjukkan asfiksia ringan, 1 bayi mengarah pada asfiksia sedang, dan 1 bayi mengarah pada asfiksia berat. Bayi yang mengalami asfiksia tersebut memiliki riwayat persalinan yang bervariasi, seperti bayi yang dilahirkan dengan riwayat caesar, bayi yang dilahirkan dengan riwayat ibu yang mengalami KPD yang terjadi pada kehamilan 24 minggu sampai 44 minggu dan bayi yang dilahirkan secara normal maupun bayi yang dilahirkan dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi yang lahir dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) sebanyak 14 kasus, 4 diantaranya mengalami asfiksia. Berdasarkan realita yang ada maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui hubungan ibu yang mengalami KPD (Ketuban Pecah Dini) saat persalinan dengan kejadian asfiksia pada Bayi Baru Lahir (BBL) di RSU. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan kejadian ketuban pecah dini (KPD) saat persalinan dengan kejadian asfiksia pada BBL di RSU PKU Bulan September-Mei ?

B. Tujuan
1.  Tujuan Umum
Memperoleh gambaran mengenai hubungan ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) saat persalinan dengan kejadian asfiksia pada Bayi Baru Lahir (BBL) di RSU.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) saat persalinan di RSU.
b. Mengetahui kejadian asfiksia pada Bayi Barn Lahir (BBL) di RSU
c.    Mengidentifikasikan hubungan ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) saat persalinan dengan kejadian asfiksia pada Bayi Baru Lahir (BBL).

C. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan (Scientific)
a. Memberikan sumbangan pengetahuan serta pemikiran yang berguna di bidang ilmu kesehatan khususnya tentang terjadinya KPD saat persalinan.
b. Menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat dilakukan untuk melakukan kajian dan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Pengguna (Consumer)
a. Bagi Profesi Bidan

Sebagai masukan bagi bidan dalam melakukan pertolongan persalinan pada pasien yang mengalami
KPD (Ketuban Pecah Dini).
b. Bagi Masyarakat (Community)
Dapat mengubah dan mampu mendorong ibu untuk menjaga kehamilannya dan melakukan ANC secara teratur sehingga dapat diketahui kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat menghadapi persalinan.

D. Ruang Lingkup
1.    Lingkup Materi
Penelitian ini dibatasi materi ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini (KPD) dan kejadian asfiksia pada BBL.
2.    Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah semua BBL yang mengalami asfiksia di RSU Bulan September- Mei.
3.    Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal pada bulan September sampai dengan laporan hasil penelitian pada bulan Juli.
4.    Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik di RSU dengan alasan masih tingginya kejadian asfiksia pada BBL.
silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA SAAT PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR (BBL)
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: