Rabu, 24 Oktober 2012

Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Klien Hipertensi dengan Penatalaksanaan Terapi Diet di Wilayah Kerja Puskesmas

KTI SKRIPSI
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN KLIEN HIPERTENSI DENGAN PENATALAKSANAAN TERAPI DIET DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS

ABSTRAK
Hipertensi disebut juga "The Sill ent Disease" karena tidak menunjukkan tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar oleh karena itu salah satu cara mendeteksi adalah dengan memeriksakan diri secara teratur. Menurut WHO 59% dari penderita hipertensi yang terdeteksi hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang bisa diobati dengan baik. Di Sumatra Barat Hipertensi masih menjadi penyebab terbanyak terjadai nya serangan jantung dan berbagai penyakit lain yang di timbulkannya di Puskesmas berdasarkan data yang diperoleh terdapat ± 640 orang penderita hipertensi dan penyakit ini masuk kedalam 5 besar penyakit terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi penderita hipertensi berdasrkan tingkat pendidikan, dan pekerjaan dan untuk mengetahui Hubungan antara Pendidikan dan Pekerjaan penderita Hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet diwilayah kerja Puskesmas kecamatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Nanggalo dilakukan pada tanggal 17 Mei s/d 5 Juni tahun dengan populasi 640 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah klien Hipertensi yang datang ke puskesmas Kecamatan yakni 64 orang. Sebagian besar 84,4 % responden dikategorikan berpendidikan rendah dan sebagian besar 84.4 % responden tidak berkerja. Sebagian besar 79,7 % responden dikategorikan melakukan tindakan penatalaksanaan terapi diet hipertensi. Tidak terdapatnya hubungan bermakna antara pendidikan dengan tindakan penatalaksanaan terapi diet dan tidak terdapatnya hubungan bermakna anatara pekerjaan dengan tindakan penatalaksaaan terapi diet. Dari hasil penelitian yang didapatkan diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya pada bagian Pokja Lansia Pokja Gizi dan khusus untuk Pokja Promosi Kesehatan diharapkan dapat menguatkan lagi dalam memberikan penyuluhan tentang Kesehatan khususnya tentang hipertensi dan perlunya usaha dari berbagai pihak yaitu petugas kesehatan dan peran serta masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri yang dapat seoptimal mungkin.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan semakin meningkatnya pendapatan seseorang biasanya akan merubah gaya hidupnya menjadi kebarat-baratan. Pemandangan seperti ini banyak dijumpai di kota-kota seperti banyak dijumpai restoran cepat saji dan lain-lain yang dengan mudah menggeser pola makan masyarakat. Makanan yang disajikan direstoran umumnya memiliki kandungan tinggi lemak dan tinggi protein. Dan juga seseorang terlalu sering mengkonsumsi makanan tersebut dikhawatirkan lebih mudah terserang penyakit hipertensi dan penyakit lainnya (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
Begitu pula dengan masyarakat di daerah pedalaman atau pegunungan yang rata-rata berpendidikan rendah dan bermata pencaharian sebagai petani mempunyai peluang menderita hipertensi karena mempunyai kebiasaan makan yang dominan berasa asin dan senang makanan yang bersantan kental kemudian tidak di iringi pula dengan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit hipertensi sehingga tidak menutup kemungkinan walaupun tinggal dikota ataupun di Pedesaan potensial menderita hipertensi hampir sama (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).

Stress pada pekerjaan cendrung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Pria mengalamai pekerjaan penuh tekanan , misalnya penyandang jabatan menuntut besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan , akan mengalami tekanan darah lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang jabatanya lebih ‘longgar’ tanggung jawabnya . Stress yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala, sulit tidur ,hipertensi , penyakit jantung, stroke. Dan dengan kesibukan pada pekerjaan secara tidak langsung mempengaruhi pengaturan terhadap pola makan dan gaya hidup seseorang (Muhammadun AS 2010)
Di negara maju seperti Amerika Serikat diperkirakan 20% mengalami tekanan darah tinggi, dari 57 Juta penduduk Amerika sebanyak 90% kasus Hipertensi penyebabnya tidak diketahui secara pasti (Suyono,2001)
Berdasarkan data Lancet (2008) jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat . Di India misalnya jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 . Di bagian lain di Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi dan di Indonesia mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi. Menurut WHO 59% dari penderita hipertensi yang terdeteksi hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang bisa diobati dengan baik.
Sementara itu Guru Basar Teknologi pangan IPB I Made Astaman menjelasakan bahwa hasil survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan rata- rata penyakit hipertensi di indonesia cukup tinggi , yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga . Pada umunya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Umumnya di daerah luar Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan di kedua pulau itu. Hal ini terkait erat dengan pola makan , terutama konsumsi garam , yang umumnya lebih tinggi di luar Pulau Jawa dan Bali. (Muhammadun AS 2010)
Menurut Dr Hisyam Attamini (2008) , ahli jantung dan pembuluh darah RSU Keraton, Pekalongan menjelaskan bahwa 75% penderita hipertensi akan berujung pada penyakit jantung dan baru disadari pada lanjut usia, ketika jantung sudah lelah berkerja untuk memompa darah dengan tekanan yang berat. Dan pengobatan penyakit hipertensi yang mengarah pada penyakit jantung tergantung pada penyebab dan obat yang membantu kerja jantung.Serta dibarengi dengan pengaturan pola dan jenis makanan yang di konsumsi, olah raga teratur dan periksa tekanan darah dan kolesterol secara teratur. (Muhammadun AS 2010)
Hipertensi merupakan penyakit yang sangat rawan bagi penderitanya. Ia harus dikontrol dengan ketat . Lengah sedikit maut mengintai. Setidaknya, hipertensi bisa menyebabkan Stroke ringan (Lumpuh) atau bahkan stroke berat (koma dan kematian). Gawatnya lagi hipertensi ternyata juga mengusik kondisi kejiwaaan penderitanya. Serta bisa menyebabkan penderitanya dililit Demensia atau lupa ingatan. (Muhammadun AS 2010)
Dr. Hananto (2008) menjelasakan hipertensi yang tidak terkontol dapat menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah yang mengalirkan darah ke alat kelamin pria sehingga bisa terjadi impotensi seumur hidup pada penderitanya. (Muhammadun AS 2010)
Dengan demikian masyarakat harus mengetahui apa yang disebut hipertensi atau tekanan darah tinggi tersebut. Hipertensi atau tekanan darah merupakan tekanan darah yang melebihi normal atau mempunyai tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg (Rokhaeni H, 2002). Hipertensi disebut juga "The Sill ent Disease" karena tidak menunjukkan tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar oleh karena itu salah satu cara mendeteksi adalah dengan memeriksakan diri secara teratur (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
Berdasarkan fenomena diatas upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi melalui pola makan sangat penting seperti dengan mengurangi konsumsi lemak, mengurangi garam mengurangi kalori bagi penderita yang obesitas, dan makan makanan yang tinggi serat. Seperti dengan diet rendah garam menurunkan tekanan darah yang bila seseorang mengkonsumsi garam yang berlebihan selama bertahun-tahun dapat meningkat tekanan darah karena meningkatkan kadar natrium dalam sel-sel otot halus pada dinding akteri. Kadar natrium yang tinggi memudahkan masuknya kalsium dalam sel dan hal ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah menyempit sehingga tekanan meningkat dan timbul hipertensi. (Beevers.D.G. 2002).
Berdasarkan hasil laporan Tahunan tahun hipertensi masih menjadi atau masuk kedalam 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja puskesmas berdasarakan studi yang dilakukan saat melaksanakan praktek komunitas di puskesmas diketahui dari 10 klien hipertensi yang yang datang bekunjung dan dilakukan pemerikasaan tekanan darah lebih dari 50 % klien tersebut tekanan darahnya mengalami kenaikan . dan belum diketahui gagaimana pola makannya , sehingga perlu dikaji pola makan yang selama ini telah dilakukan oleh klien. Serta hal yang mempengaruhi pola makan tersebut.
Beradasarkan survei awal diatas , peneliti sangat tertarik melakukan penelitian tentang hubungan antara Pendidikan dan Pekerjaan klien Hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet di wilayah kerja Puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diambil suatu rumusan mengenai apakah ada hubungan antara Pendidikan dan Pekerjaan klien Hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan antara Pendidikan dan Pekerjaan klien Hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet diwilayah kerja Puskesmas kecamatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran klien penyakit hipertensi berdasarkan tingkat Pendidikan klien
1.3.2.2 Untuk mengetahui distrubusi frekuensi klien hipertensi berdasarkan Pekerjaan klien

1.3.2.3 Untuk mengetahui distrubusi frekuensi penatalaksanaan diet pada klien hipertensi
1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan klilen dengan penatalaksanaan terapi diet hipertensi
1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan pekerjaan klien dengan penatalaksanaan terapi diet hipertensi

1.4 Manfaat Penelitian
    1.4.1    Penulis dapat memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan aplikasi riset keperawatan tentang hubungan pendidikan dan pekerjaan klien hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet.
    1.4.2    Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
penyakit Hipertensi.
    1.4.3    Data dan hasil yang diperoleh dapat menjadi acuan dasar
untuk peneliti menyangkut hipertensi selanjutnya.
    1.4.4    Masyarakat dapat mengetahui pengelolaan secara mandiri
melalui pola makan yang benar penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah dan memelihara kestabilan tekanan darah.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarakan latar belakang maka penelitian akan dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas, terhadap para klien hipertensi yang datang berkunjung ke Puskesmas. Adapun variabel yang akan diteliti yakni Pendidikan dan pekerjaan dengan penatalaksanaan terapi diet hipertensi.
silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN KLIEN HIPERTENSI DENGAN PENATALAKSANAAN TERAPI DIET DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: