Senin, 22 Oktober 2012

Hubungan Status Gizi dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR di Desa

KTI SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu target yang berkaitan dengan sumber daya manusia adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 58 menjadi 50 per seribu kelahiran hidup. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992, 45% kematian bayi terjadi pada masa umur bayi < 1 bulan. Salah satu sebab tingginya angka kematian neonatal tersebut adalah berat badan bayi lahir yang rendah. Diperkirakan saat ini terdapat sekitar 7-14 % bayi di Indonesia lahir sebagai Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Besarnya AKB ini sangat terkait dengan derajat kesehatan ibu, khususnya ibu hamil (DepKes RI, 2000 : 1). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu kurang pada masa sebelum dan selama hamil akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR) (Supariasa L, 2001 : 29). Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Selain itu paritas yang tinggi juga akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan dimana ibu dengan paritas > 3 anak beresiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR (Joeharno, 2008).
Menurut Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002- 2003 prevalensi BBLR di Indonesia adalah 6%, angka kematian neonatal 20 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR (29%) dan asfiksia lahir (27%) (DepKes RI, 2006 : 11). Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun kejadian BBLR di sebesar 10.472 dari 594.265 kelahiran hidup (1,76%), dan berdasarkan data Profil Kesehatan tahun sebanyak 208 (1,06%) BBLR dari 19.565 bayi lahir hidup, sedangkan Puskesmas Kecamatan tahun dari 515 kelahiran hidup 9 (1,75%) BBLR, di Desa pada bulan Januari-Desember dari 39 kelahiran hidup 3 (7,69%) BBLR, 1 diantaranya mengalami berat badan di Bawah Garis Merah (BGM) sebesar 33,3% (Data Polindes,).
BBLR adalah bayi yang ketika dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2.500 gram. Masalah BBLR pada dasarnya berhubungan dengan banyak faktor, diantaranya faktor ibu (riwayat kelahiran prematur, perdarahan antepartum, kurangnya nutrisi pada masa kehamilan ibu, hidramnion, penyakit kronik, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan terlalu dekat, infeksi, trauma dan paritas); faktor janin (cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, KPD). Selain itu, keadaan sosial ekonomi yang rendah dan kebiasaan (pekerjaan yang melelahkan dan merokok) juga merupakan faktor yang menyebabkan BBLR (Sarwono, 2005 : 775). Bayi lahir dengan BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Joeharno, 2008).
Beberapa upaya untuk menurunkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah antara lain : 1) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda, ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada pelayanan kesehatan yang lebih mampu; 2) Pemanfaatan KIE pada ibu hamil antara lain penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, resiko dari paritas yang tinggi, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik; 3) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun); 4) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut dalam meningkatkan pengetahuan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil (Badan Litbang Kesehatan, 2004). Dan upaya untuk mencegah bayi BBLR agar tidak mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah : 1) Pengawasan tumbuh kembang anak sejak lahir; 2) Pencegahan dan penanggulangan dini penyakit infeksi melalui imunisasi dan pemeliharaan sanitasi; 3) Pengaturan makanan yang tepat dan benar (Moehdji S, 2003 : 27).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti hubungan status gizi dan paritas ibu hamil dengan kejadian BBLR di Desa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah “Adakah hubungan status gizi dan paritas ibu hamil dengan kejadian BBLR di Desa ?”

C. Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
Untuk menganalisa adanya hubungan status gizi dan paritas ibu hamil dengan kejadian BBLR di Desa.
2.    Tujuan khusus
a.    Mengidentifikasi kejadian BBLR di Desa.
b.    Mengidentifikasi status gizi ibu hamil di Desa.
c.    Mengidentifikasi paritas ibu hamil di Desa.
d.    Menganalisa hubungan status gizi dan paritas ibu hamil dengan kejadian BBLR di Desa.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan semua pihak, antara lain :

1.    Bagi peneliti
Sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kampus dengan keadaan di masyarakat.
2.    Bagi institusi akademi kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah lebih lanjut dan dapat digunakan sebagai masukan bagi rekan-rekan dan peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian.
3.    Bagi institusi dinas kesehatan
Hasil penelitian dapat memberikan informasi dalam rangka perbaikan pengembangan program dan kualitas pelayanan kesehatan terutama tentang permasalahan yang terjadi pada ibu hamil sehingga menyebabkan BBLR.
4.    Bagi tenaga kesehatan
Dapat memberikan gambaran untuk lebih menggalakkan penyuluhan tentang status gizi ibu hamil dalam upaya menambah pengetahuan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat.
5.    Bagi responden
Memberikan informasi kepada ibu hamil bahwa penyebab terjadinya BBLR salah satunya adalah status gizi yang kurang saat hamil dan diharapkan dengan peningkatan gizi yang baik dapat menurunkan angka kejadian BBLR.
silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI DESA
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: