Minggu, 14 April 2013

Peran Keluarga terhadap Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum

KTI SKRIPSI
Peran Keluarga terhadap Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TB paru) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Penyakit TB paru banyak menyerang kelompok usia kerja produktif, kebanyakan dari kelompok sosial ekonomi rendah dan berpendidikan rendah. Meningkatnya kasus HIV/AIDS yang menurunkan daya tahan tubuh juga menyebabkan meningkatnya kembali penyakit TB (reemerging disease) di negara-negara yang tadinya sudah berhasil mengendalikan penyakit ini. Banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, penderita dengan basil tahan asam (BTA) positif berisiko menularkan penyakitnya pada orang lain. Tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB. Diperkirakan setiap tahun ada 9 juta penderita TB baru dengan kematian 3 juta orang (Depkes, 2000), 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang dan beban terbesar terutama adalah di Asia Tenggara. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. (Arif Muttaqin, 2008)
Di Indonesia pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun muncul 583.000 kasus baru TB dengan kematian karena TB paru 140.000 (Depkes, 2000). Setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif. Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of TuberculosisInfection = ARTI) bervariasi antara 1-2 %, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk Indonesia 10 – 20 orang akan terinfeksi, walaupun tidak semuanya akan menjadi penderita TB paru (hanya 10% orang terinfeksi akan menjadi penderita TB paru). Hasil Surkesnas tahun 2001 penyakit saluran pernafasan merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah kardiovaskuler dan penyakit infeksi pada semua golongan umur, penyakit TB paru penyebab kematian nomor 2 dari golongan penyakit infeksi (Depkes,2002).
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberculosis menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan dan sering disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. (http://www.Infeksi.Com/articles.di akses 10.12.2009).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986, TB adalah penyebab kematian nomor 4 sedangkan menurut SKRT tahun 1992, TB sebagai penyebab kematian nomor 2 sesudah penyakit kardiovaskuler dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Sedangkan pada saat ini, laporan internasional menunjukan bahwa Indonesia adalah ‘penyumbang’ kasus penderita TB terbesar ketiga didunia, setelah Cina dan India. WHO memperkirakan bahwa setiap tahunnya 175.000 orang meninggal karena TB dari sekitar 500.000 kasus baru dengan 260.000 orang tidak terdiagnosis serta mendapat palayanan yang tidak tuntas. Dan menurut data yang dilaporkan dunia pada tahun 1995, penderita TB diIndonesia berjumlah 460.000 orang, dan angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Tahun 2000 insiden TB di dunia akan semakin meningkat dibanding tahun 1995, tujuh puluh persen penderita TB paru berada pada usia produktif (15-54 tahun) dan sebagian besar golongan sosial ekonomi rendah dan diperkirakan kasus BTA positif adalah 241 per 1.000 penduduk sehingga berperan dalam penyebaran penyakit kepada masyarakat luas. (http://www.Infeksi.Com/articles.di akses 10.12.2009).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Chandra Syafei, program bantuan luar negeri dari Global Fund, yang sempat dihentikan tahun 2007 lalu, membuat pendataan jumlah penderita tuberkolosis (TB) paru sulit ditemukan. Kesulitan pendataan ini semakin diperparah karena kondisi otonomi daerah, sehingga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra selatan tak bisa langsung menjangkau data yang dimiliki dinas kesehatan di kabupaten / kota. Pada tahun 2006 data jumlah terduga penderita TB paru mencapai 201.691 orang, dengan temuan terduga sebanyak 156.408 orang. Pada tahun tahun 2007 dari jumlah terduga sebanyak 204.171, tetapi terduga yang ditemukan hanya 117.136 orang. "Penurunan jumlah data terduga yang kami temukan ini karena kesulitan memperoleh data yang sebenarnya berapa jumlah penderita TB paru di Sumatra selatan. (http://www.Infeksi.Com/articles.di akses 10.12.2009).
Penularan tuberkulosis melalui udara dengan inhalasi droplet nucleus yang mengandung basil tuberkulosis yang infeksius 14-17 Bayi dan anak yang kontak serumah dengan penderita tuberkulosis dewasa terutama dengan sputum BTA positif yang belum pernah didiagnosa dan diobati merupakan resiko tinggi terinfeksi TB. WHO menganjurkan imunisasi BCG diberikan pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi tuberkulosis. Walaupun efikasi BCG dalam mencegah infeksi tuberkulosis masih diperdebatkan, pada daerah mana angka infeksi tinggi, imunisasi BCG harus dianggap sebagai dari program kontrol tuberkulosis. Di Indonesia imunisasi BCG masih perlu dilaksanakan sebagai usaha untuk mencegah tuberkulosis (http://www.fk.ui.ac.id/guestbook/, di unduh 29.12.2009).
Menurut kalangan dokter dan ahli kesehatan masyarakat, hal itu hanya akan bisa terjadi bila komitmen politik para pengambil kebijakan perlu ditingkatkan agar tersedia cukup sumber daya untuk menanggulangi TB, seperti ketersediaan obat dan sarana diagnosis. Rumah sakit, klinik, dan praktik dokter harus segera diikutsertakan dalam program penanggulangan TB di seluruh Indonesia. Paling tidak, rumah sakit diberi obat gratis untuk penderita TB dan disusun sistem pelaporannya. Bukan hanya mengobati para penderita TB, tapi yang lebih penting adalah mencegah penularannya. Sebab, ternyata lingkungan tempat tinggal yang kumuh serta keadaan ekonomi yang tidak memadai menjadi salah satu sebab sulit terhindarnya masyarakat dari sergapan penyakit menular, terutama tuberkulosis paru-paru. (http://www.infeksi.com/articles.php, di akses 10.12.)
Karena itu, ada dua hal pokok yang perlu segera dipikirkan pemerintah. Pertama pencegahan munculnya penyakit, melalui pembangkitan kesadaran keluarga menjaga kebersihan lingkungan. Dan kedua adalah, membangkitkan kesadaran keluarga agar terbias berobat jika terserang penyakit atau gangguan kesehatan. Perlu diingat, di daerah-daerah terpencil selain masyarakat malas berobat sarana kesehatan dan dokter juga masih jarang. (http://www.infeksi.com/articles.php, di unduh 10.12.)
Menurut medical record RSUP , bahwa penderita tuberkulosis paru pada tahun 2006 dengan jumlah kasus baru sebanyak 439  orang,  pada tahun 2007 dengan jumlah kasus baru sebanyak 253 orang, pada tahun 2008 dengan jumlah kasus baru sebanyak 523 orang, dan bulan januari hhingga bulan september 2009 didapatkan jumlah kasus sebanyak 356 orang. ( medical record RSUP , 2009)
Oleh karena itu penting untuk memeriksakan orang-orang yang kontak erat dengan penderita TB paru. Dalam program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru penemuan penderita dilakukan dengan cara pencarian penderita yang tersangka TB ditengah-tengah keluarga baik secara pasif maupun secara aktif, untuk diperiksa riaknya secara mikroskopis langsung. Oleh karena sangat penting ditemukan penderita sedini mungkin untuk diberi pengobatan sampai sembuh sehingga tidak lagi membahayakan lingkungannya. (Depkes RI.2000)
Dari uraian diatas peran keluarga sangatlah diperlukan karena keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan perawat utama bagi klien (Kelliat,1996). Keluarga sangat berperan penting terhadap tanggung jawabnya masing-masing. Peran keluarga merupakan pendorong terjadinya perilaku yang positif dari seseorang, sehingga peneliti merasa perlu mengetahui sejauh mana peran keluarga terhadap pasien Tuberkulosis Paru di IRNA Non Bedah RSUP Tahun .

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang di kemukakan adalah belum di ketahuinya peran keluarga terhadap pasien TB Paru di irna non bedah pada R.S Umum Pusat Tahun .

1.3    Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang akan di lakukan adalah bagaimanakah peran keluarga terhadap pasien TB Paru di IRNA Non Bedah pada R.S Umum Pusat Tahun .

1.4    Tujuan Penelitian
1.4.1    Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran keluarga terhadap pasien TB Paru di irna non bedah pada R.S Umum Pusat Tahun .

1.4.2    Tujuan Khusus
1.4.2.1    Untuk mengetahui bagaimana peran keluarga sebagai pendorong terhadap pasien Tuberkulosis Paru di IRNA Non Bedah RSUP Tahun .
1.4.2.2    Untuk mengetahui bagaimana peran keluarga sebagai perawat keluarga terhadap pasien Tuberkulosis Paru di IRNA Non Bedah RSUP Tahun .
1.4.2.3    Untuk mengetahui bagaimana peran keluarga sebagai Inisiator-Kontributor terhadap pasien Tuberkulosis Paru di IRNA Non Bedah RSUP Tahun .

1.5    Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :
1.5.1    Tenaga Kesehatan/Perawat
Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, memberikan informasi yang akurat dan adekuat tentang peran keluarga terhadap pasien Tuberkulosis Paru di IRNA Non Bedah RSUP Tahun .

1.5.2    Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah .
1.5.3    Peneliti
Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian kasus tersebut dimasa yang akan datang

1.6    Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam konteks Keperawatan Medikal Bedah dimana komponen yang dilihat adalah peran keluarga yang menjadi bagian penting saat penderita dengan Tuberkulosis Paru di IRNA Non Bedah RSUP yang di rencanakan pada tanggal 22 Februari – 29 Maret .
silahkan download KTI SKRIPSI
Peran Keluarga terhadap Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: