KTI SKRIPSI
Gambaran Tumbuh Kembang pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Play Group
Periode terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Frankenbrurg dkk. (1981) melalui DDST (Denver Developmental Skreening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: personal sosial, gerakan motorik halus, bahasa, dan perkembangan motorik kasar(Soetjiningsih, 1995).
Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bab 1, pasal 1, butir 14, dinyatakan, “Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”
Kondisi SDM Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan Maret 2002 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12, terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya kualtias hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias sumber daya manusia Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini tentunya sulit bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan oleh bangsa-bangsa ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, termasuk negara industry Korea Selatan. Bahkan pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong paling maju apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 juta anak usia 0-6 tahun yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24% (Dida, 2010).
Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak (Dida, 2010).
Angka partisipasi pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia masih rendah yakni di bawah 20. Padahal, negara-negara dengan penghasilan rendah sekalipun telah memiliki angka partisipasi rata-rata 24. Dengan angka itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling rendah tingkat partisipasi PAUD di dunia.
Menurut Direktur PAUD Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (Dirjen PLS) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Gutawa, Indonesia masih di bawah 20, padahal di negara dengan penghasilan rendah lainnya telah mencapai 24. Di bandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, angka partisipasi PAUD di Indonesia juga masih di bawah.
Di Indonesia tahun 2005 tercatat ada 28 juta anak usia 0-6 tahun. Jumlah anak usia PAUD yakni 2-4 tahun mencapai 11,8 juta. Dari jumlah tersebut, yang ikut PAUD baru sekitar 10,10. Dari 28 juta anak usia 0-6 tahun, sebanyak 73 persen atau sekitar 20,4 juta anak belum mendapatkan pendidikan usia dini. Sedangkan sisanya, 27 persen atau sekitar 7,5 juta anak, sudah mengenyam pendidikan usia dini seperti membaca dan berhitung yang dilakukan oleh lembaga-lembaga nonformal seperti kelompok bermain dan tempat penitipan anak (TPA).
Masih banyak kendala yang dihadapi dalam meningkatkan paritipasi PAUD di Indonesia. Banyak orang tua yang belum memahami pentingnya PAUD. Meskipun pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan pendidikan anak usia dini di Indonesia, PAUD masih menghadapi banyak problem yang kompleks dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Persoalan tersebut antara lain:ekonomi lemah,kualitas asuhan rendah,kualitas PAUD rendah, program intervensi orang tua rendah (Depdiknas, 2008).
Angka partisipasi kasar secara nasional PAUD baru 50,03 % dari 29,8 juta anak di Indonesia. Rendahnya partisipasi ini lebih disebabkan oleh kesadaran orang tua terhadap keberadaan PAUD sebagai salah satu fase pendidikan sebelum masuk pada TK dan SD. Terlebih di pelosok, PAUD belum familiar (Partisipasi Terhadap PAUD Tendah, 2010).
Perilaku bermasalah anak pada aspek personal sosial menyangkut beberapa permasalahan, yaitu: pendiam, pemalu, minder, citra diri, yang negatif, egois, sulit berteman (bersosialisasi), menolak realitas (suka membuat kegaduhan), bersikap kaku (tidak obyektif), dan membenci guru tertentu. Dengan PAUD diharapkan dapat memberikan perubahan tumbuh kembang anak terutama pada aspek personal sosial sehingga anak lebih percaya diri, pandai bersosialisasi, dan memiliki kemandirian (Suyadi, 2010).
Perkembangan anak usia dini memang menarik untuk diikuti, terlebih pada usia tersebut merupakan “golden age” dimana peran lembaga PAUD sangat berperan didalamnya untuk membangun kecerdasan anak, hal ini dikemukakan Hj Wiwik Nurianti Suyanto, selaku ketua forum PAUD Kabupaten namun orang tua belum begitu tertarik untuk mendaftarkan anaknya untuk mengikuti PAUD.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di PAUD Play Group pada tanggal 2 Maretyang dilakukan wawancara secara langsung pada orang tua dan balita di PAUD Play Group , penulis mendapatkan 27 populasi balita di PAUD Play Group .Terdapat 24 balita yang aktif secara kontinyu mengikuti program PAUD, balita tersebut terlihat antusias mengikuti berbagai kegiatan, mereka terlihat lebih percaya diri dalam bergaul dengan temannya dibandingkan dengan 3 balita yang tidak aktif mengikuti PAUD yang terlihat takut bergaul dengan teman.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Gambaran Tumbuh Kembang Pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Play Group ”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tumbuh kembang pada balita yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) di play group ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tumbuh kembang pada balita yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) di play group .
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Memberi masukan informasi tentang tumbuh kembang personal sosial terutama pada balita sehingga dapat memberikan pendidikan yang tepat bagi anak usia dini dengan penyusunan metode ataupun yang tepat untuk pembelajaran di PAUD.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, wacana dan pengetahuan tentang tumbuh kembang personal sosial balita yang mengikuti PAUD guna menambah kasanah pengetahuan, sehingga mahasiswa mempunyai wawasan yang lebih luas.
1.4.3 Bagi Peneliti
Sebagai bahan latihan berpikir ilmiah sehingga dapat memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi dengan pola pikir ilmiah dan sebagai bahan kajian tumbuh kembang personal sosial balita dengan menggunakan DDST yang telah didapatkan diteori selama perkuliahan sehingga mampu menerapkan dalam kebidanan.
1.5 Sistematika Penulisan
Uraian dalam proposal Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi 3 bab. Adapun yang terkandung dalam masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I : Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisi tentang kajian teoritik atau landasan teori yang terdiri dari pembahasan tentang tumbuh kembang, pendidikan anak usia dini, kerangka konsep.
BAB III : Berisi tentang metodologi penelitian yang terdiri dari desain penelitian, populasi, sampel dan sampling, kriteria sampel, identifikasi variabel, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data dan analisa data, teknik pengolahan data, alat ukur yang digunakan, etika penelitian, keterbatasan peneliti, dan jadwal kegiatan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
silahkan download KTI SKRIPSI
Gambaran Tumbuh Kembang pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Play Group
Gambaran Tumbuh Kembang pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Play Group
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPeriode terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Frankenbrurg dkk. (1981) melalui DDST (Denver Developmental Skreening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: personal sosial, gerakan motorik halus, bahasa, dan perkembangan motorik kasar(Soetjiningsih, 1995).
Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bab 1, pasal 1, butir 14, dinyatakan, “Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”
Kondisi SDM Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan Maret 2002 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12, terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya kualtias hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias sumber daya manusia Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini tentunya sulit bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan oleh bangsa-bangsa ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, termasuk negara industry Korea Selatan. Bahkan pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong paling maju apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 juta anak usia 0-6 tahun yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24% (Dida, 2010).
Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak (Dida, 2010).
Angka partisipasi pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia masih rendah yakni di bawah 20. Padahal, negara-negara dengan penghasilan rendah sekalipun telah memiliki angka partisipasi rata-rata 24. Dengan angka itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling rendah tingkat partisipasi PAUD di dunia.
Menurut Direktur PAUD Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (Dirjen PLS) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Gutawa, Indonesia masih di bawah 20, padahal di negara dengan penghasilan rendah lainnya telah mencapai 24. Di bandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, angka partisipasi PAUD di Indonesia juga masih di bawah.
Di Indonesia tahun 2005 tercatat ada 28 juta anak usia 0-6 tahun. Jumlah anak usia PAUD yakni 2-4 tahun mencapai 11,8 juta. Dari jumlah tersebut, yang ikut PAUD baru sekitar 10,10. Dari 28 juta anak usia 0-6 tahun, sebanyak 73 persen atau sekitar 20,4 juta anak belum mendapatkan pendidikan usia dini. Sedangkan sisanya, 27 persen atau sekitar 7,5 juta anak, sudah mengenyam pendidikan usia dini seperti membaca dan berhitung yang dilakukan oleh lembaga-lembaga nonformal seperti kelompok bermain dan tempat penitipan anak (TPA).
Masih banyak kendala yang dihadapi dalam meningkatkan paritipasi PAUD di Indonesia. Banyak orang tua yang belum memahami pentingnya PAUD. Meskipun pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan pendidikan anak usia dini di Indonesia, PAUD masih menghadapi banyak problem yang kompleks dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Persoalan tersebut antara lain:ekonomi lemah,kualitas asuhan rendah,kualitas PAUD rendah, program intervensi orang tua rendah (Depdiknas, 2008).
Angka partisipasi kasar secara nasional PAUD baru 50,03 % dari 29,8 juta anak di Indonesia. Rendahnya partisipasi ini lebih disebabkan oleh kesadaran orang tua terhadap keberadaan PAUD sebagai salah satu fase pendidikan sebelum masuk pada TK dan SD. Terlebih di pelosok, PAUD belum familiar (Partisipasi Terhadap PAUD Tendah, 2010).
Perilaku bermasalah anak pada aspek personal sosial menyangkut beberapa permasalahan, yaitu: pendiam, pemalu, minder, citra diri, yang negatif, egois, sulit berteman (bersosialisasi), menolak realitas (suka membuat kegaduhan), bersikap kaku (tidak obyektif), dan membenci guru tertentu. Dengan PAUD diharapkan dapat memberikan perubahan tumbuh kembang anak terutama pada aspek personal sosial sehingga anak lebih percaya diri, pandai bersosialisasi, dan memiliki kemandirian (Suyadi, 2010).
Perkembangan anak usia dini memang menarik untuk diikuti, terlebih pada usia tersebut merupakan “golden age” dimana peran lembaga PAUD sangat berperan didalamnya untuk membangun kecerdasan anak, hal ini dikemukakan Hj Wiwik Nurianti Suyanto, selaku ketua forum PAUD Kabupaten namun orang tua belum begitu tertarik untuk mendaftarkan anaknya untuk mengikuti PAUD.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di PAUD Play Group pada tanggal 2 Maretyang dilakukan wawancara secara langsung pada orang tua dan balita di PAUD Play Group , penulis mendapatkan 27 populasi balita di PAUD Play Group .Terdapat 24 balita yang aktif secara kontinyu mengikuti program PAUD, balita tersebut terlihat antusias mengikuti berbagai kegiatan, mereka terlihat lebih percaya diri dalam bergaul dengan temannya dibandingkan dengan 3 balita yang tidak aktif mengikuti PAUD yang terlihat takut bergaul dengan teman.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Gambaran Tumbuh Kembang Pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Play Group ”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tumbuh kembang pada balita yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) di play group ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tumbuh kembang pada balita yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) di play group .
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Memberi masukan informasi tentang tumbuh kembang personal sosial terutama pada balita sehingga dapat memberikan pendidikan yang tepat bagi anak usia dini dengan penyusunan metode ataupun yang tepat untuk pembelajaran di PAUD.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, wacana dan pengetahuan tentang tumbuh kembang personal sosial balita yang mengikuti PAUD guna menambah kasanah pengetahuan, sehingga mahasiswa mempunyai wawasan yang lebih luas.
1.4.3 Bagi Peneliti
Sebagai bahan latihan berpikir ilmiah sehingga dapat memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi dengan pola pikir ilmiah dan sebagai bahan kajian tumbuh kembang personal sosial balita dengan menggunakan DDST yang telah didapatkan diteori selama perkuliahan sehingga mampu menerapkan dalam kebidanan.
1.5 Sistematika Penulisan
Uraian dalam proposal Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi 3 bab. Adapun yang terkandung dalam masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I : Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisi tentang kajian teoritik atau landasan teori yang terdiri dari pembahasan tentang tumbuh kembang, pendidikan anak usia dini, kerangka konsep.
BAB III : Berisi tentang metodologi penelitian yang terdiri dari desain penelitian, populasi, sampel dan sampling, kriteria sampel, identifikasi variabel, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data dan analisa data, teknik pengolahan data, alat ukur yang digunakan, etika penelitian, keterbatasan peneliti, dan jadwal kegiatan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambaran Tumbuh Kembang pada Balita yang Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Play Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar