KTI SKRIPSI
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG SUMBER VITAMIN A TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGKONSUMSI SUMBER VITAMIN A
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG SUMBER VITAMIN A TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGKONSUMSI SUMBER VITAMIN A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangSalah satu tujuan pembangunan nasional sebagaimana yang ditegaskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan iptek serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Peningkatan kualitas manusia berkaitan dengan banyak faktor dan faktor gizi mempunyai peranan yang sangat strategis. Gizi baik merupakan hasil dari konsumsi makanan dengan kecukupan yang dianjurkan dan keseimbangan antar zat-zat gizi tersebut. Jika keseimbangan ini tidak tercapai, maka akan timbul berbagai kelainan gizi. Anak-anak yang mengalami kurang gizi berat berada pada risiko yang tinggi dari perkembangan kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A. Selain anak-anak, kelompok yang juga rentan defisiensi gizi adalah wanita hamil yang selanjutnya akan membahayakan janin yang dikandungnya (www.gizi.net, 2004 ).
Menurut UNICEF ( 1997 ), bhawa kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat ( Xeropthalmia ) ¼ diantaranya menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan anak berada dalam risiko besar mengalami kesakitan, tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian sebesar 30% antara anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan rekan-rekannya yang tidak kekurangan vitamin A (Myrnawati, 1997 ).
Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan survai kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia 1,5% dari jumlah penduduk atau setara dengan tiga juta orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding Bangladesh (1%), India (0,7%), dan Thailand (0,3%) ( www.gizi.net, 2004 ).
Kekurangan vitamin A ( defisiensi vitamin A ) yang mengakibatkan kebutaan pada anak-anak telah dinyatakan sebagai salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kebutaan karena kekurangan vitamin A terutama dikalangan anak pra sekolah masih banyak terdapat di daerah-daerah. Dari hasil survei karakterisasi defisiensi dan xeropthalmia yang dilaksanakan pada tahun 1976-1979 ternyata di Indonesia 60.000 anak pra sekolah terancam korneal xeropthalmia, lebih dari satu juta orang menderita buta. Penyebab utama kebutaan yang terjadi pada anak-anak adalah karena kekurangan vitamin A. Untuk Sumatera Barat penderita kekurangan vitamin A merupakan nomor lima terbesar di Indonesia setelah Aceh, Kalimantan Tengah, Bengkulu dan Sumatera Utara (Soehadi,1994 ).
Menurut kriteria WHO bila lebih dari 5% masyarakat mempunyai nilai serum vitamin A di bawah 10 μg/dl maka kekurangan vitamin A masih merupakan masalah . Studi prevalensi defisiensi vitamin A dan gizi lainnya di wilayah Indonesia timur yang dilakukan pada tahun 1991 menunjukkan bahwa kadar serum vitamin A dalam darah di bawah 10 μg/dl di provinsi Timor-Timur adalah 14,7%, NTT 9,1%, Maluku 12,4% ( Myrnawati, 1997 ).
Selama krisis ekonomi melanda Indonesia insiden kurang vitamin A (KVA) pada ibu dan balita di daerah miskin perkotaan meningkat. Beberapa data menunjukkan hampir 10 juta balita menderita KVA sub klinis, 60.000 diantaranya disertai dengan bercak bitot yang terancam buta. Selain itu, dibeberapa provinsi di Indonesia ditemukan kasus-kasus baru KVA yang terjadi pada balita bergizi buruk di provinsi NTB misalnya pada tahun 2000 ditemukan beberapa kasus kekurangan vitamin A tingkat berat ( X3 ). Kondisi ini berbeda dengan survai nasional xeropthalmia tahun 1978-1980 yang tidak banyak menemukan kasus tersebut, terlebih lagi pada tahun 1994 pemerintah Indonesia memperoleh piagam Helen Keller Award, karena dinilai berhasil menurunkan angka xeropthalmia dari 1,34 % atau sekitar tiga kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia ( WHO ) pada tahun 1978 menjadi 0,33% pada tahun 1992 ( www.suarapembarharuan.com, 2004 ).
Survai di beberapa daerah di Indonesia oleh Oey ( 1967 ) didapatkan prevalensi xeropthalmia 7%. Survai serupa di tiga provinsi yang dilakukan oleh Darwin karyadi, dkk (1990), Jawa Barat, Sulsel dan Kalimantan Barat didapatkan prevalensi bitot spot rata-rata 0,2% dan xerosis kornea 0%. Khusus di Bogor diperiksa kadar vitamin A dalam serum didapatkan kadar di bawah 10 μg/dl (Deficient) 1,2% ; antara 10-19 μg/dl (Low) 38% dan 20 μg/dl (Acceptable) 67% ( Agus, 1994 ).
Pada tahun 1978-1980 Depkes, HKI dan rumah sakit mata cicendo, Bandung mengadakan survai ihwal gangguan mata akibat kekurangan vitamin A. Didapat hasil bahwa prevalensi xeropthalmia status X1B sebanyak 1,2 % dan status X2 dan X3 sebanyak 9,8 per 10.000. Dari sini tergambar bahwa problem ini tergolong masalah . ( www.gizi.net, 2004 )
Dari data terakhir WHO Mei 2003, ditemukan bahwa hingga kini masih ditemukan tiga provinsi yang paling kekurangan vitamin A. Ketiga provinsi tersebut adalah provinsi Sulsel yang memiliki tingkat prevalensi hingga 2,9%, selanjutnya provinsi Maluku setinggi 0,8% dan Sulawesi Utara mencapai prevalensi sebesar 0,6% ( www.gizi.net, 2004 )
Dalam program perbaikan gizi, khususnya kegiatan UPGK di Posyandu, diadakan penimbangan berat badan balita bulanan. Kegiatan ini berfokus pada pertumbuhan berat badan yang lebih bersifat memantau kesehatan umum. Oleh karena KVA menghambat pertumbuhan anak terutama melalui terhambatnya pertumbuhan tinggi badan, maka sebaiknya kegiatan pemantauan pada penanggulangan KVA adalah pemantauan tinggi badan. Upaya ini biayanya lebih sedikit dibandingkan pengukuran berat badan.
Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan penanggulangan kekurangan vitamin A, dilakukan kegiatan SOMAVITA ( Social Marketing Vitamin A ) berupa kampanye peningkatan cakupan penggunaan kapsul vitamin A dan peningkatan konsumsi makanan kaya vitamin A. ( Purjanto, 1994).
B. Rumusan Masalah
Hasil penelitian HKI tentang kecukupan gizi balita tahun 1999 memperlihatkan 50% atau hampir 10 juta balita Indonesia tidak mendapatkan makanan yang cukup kandungan vitamin A, sehingga berisiko untuk kekurangan vitamin A.
Berbagai upaya telah banyak dilakukan dalam menurunkan angka kejadian KVA, baik bersifat promotif-preventif maupun kuratif-rehabilitatif. Bentuk promosi kesehatan dalam upaya penanggulangan tersebut adalah melalui kegiatan SOMAVITA ( Social Marketing Vitamin A ).
Strategi yang dilakukan umumnya berjangka pendek dan menengah, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam penanggulangan KVA yang berkelanjutan dan berdampak secara jangka panjang, diantaranya adalah memberikan pendidikan gizi melalui jenjang pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar. Sehingga dengan pengetahuan yang diberikan pada usia sekolah dasar dapat diperkenalkan secara dini makanan kaya vitamin A dan mengkonsumsi makanan tersebut, selanjutnya angka kekurangan vitamin A dapat dieleminir.
Dalam Penelitian ini perumusan masalahnya adalah bagaimana pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang sumber Vitamin A terhadap pengetahuan dan sikap dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A pada anak sekolah dasar.
C. Pertanyaan Penelitian
Sejauh mana pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam mengkonsumsi Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Kabupaten ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan tentang sumber Vitamin A terhadap pengetahuan dan sikap dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Kabupaten
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang sumber Vitamin A terhadap pengetahuan dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Kabupaten
b. Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang sumber Vitamin A terhadap sikap dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Kabupaten
E. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang terkait terutama pihak kesehatan ( Dinas Kesehatan dan Puskesmas ) dalam upaya penanggulangan kekurangan Vitamin A, khususnya pada anak sekolah dasar.
2. Hasil penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan serta diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.
3. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dalam rangka mengembangkan wawasan keilmuan dalam penelitian di lapangan.
silahkan download KTI SKRIPSI
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG SUMBER VITAMIN A TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGKONSUMSI SUMBER VITAMIN A
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG SUMBER VITAMIN A TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGKONSUMSI SUMBER VITAMIN A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar