KTI SKRIPSI
Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah
Penelitian ini menggunakan metode analisis retrospektif dengan melihat data yang ada di rekam medis dan menggunakan Uji Crosstabs Chi Square sebagai uji statistik dalam pengolahan data. Sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di RSUP pada Tahun sebanyak 98 orang.
Dari penelitian ini didapatkan ibu yang melahirkan dengan preeklampsia sebanyak 26 orang (26,5 %) dan tidak preeklampsia sebanyak 72 orang (76,5 %). Berdasarkan hasil uji analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p value <0,001. Nilai p value yang didapat lebih kecil dibadingkan dengan nilai α (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP Tahun .Oleh karena itu, sebaiknya baik ibu hamil, instansi/pelayanan kesehatan serta pemerintah sangat memperhatikan kesehatan pada ibu hamil terutama dengan preeklampsia agar dapat menurunkan komplikasi preeklampsia.
Kata kunci : preeklampsia, berat bayi lahir rendah, hipertensi kehamilan, penyakit kehamilan
ABSTRACT
Preeclampsia is defined as a hypertension during pregnancy (without another factor of hypertension) which is combined with oedem or proteinuria or both of them. The incident of preeclampsia is about 7 – 10 % of pregnancies. It is the second mother death’s causes in Indonesia. Preeclampsia makes the disturbances of the blood flow to the uteroplacenta and can cause the low birth weight which is one of the cause for neonatal’s death. The cause factors that can make neonatal’s death is neonatorum asphyxia (49 – 60 %), infection (24 – 34 %), low birth weight (15 – 20 %), delivery trauma (2 – 7 %) and congenital (1 – 3 %). The study was conducted to investigate the relation between preeclampsia and low birth weight in RSUP year .
The study used an analytic retrospective method by seeing the medical record and used the Chi Square Cross Tabs Test as the statistic test to analyze data. The subjects were 98 pregnant women who had born their babies in RSUP year .
The results of this study showed 26 pregnant women (26,5 %) with preeclampsia and 72 pregnant women (76,5 %) without preeclampsia. The result of analyzed statistic test using chi square test was p value is <0,001. The p value of the analyzed data is fewer than α (0,05) which means the null hypothesis was rejected.
From the study, we can conclude that there is relationship between preeclampsia and low birth weight in RSUP year .Because of that, it is better for pregnant woman, health provider, and government to give more attention for the pregnant woman’s health especially with preeclampsia which can decrease the complication of preeclampsia.
Keywords : preeclampsia, low birth weight, pregnancy hypertension, pregnancy disease
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Di Indonesia, angka kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup adalah 390 pada tahun 1992 dan 307 pada tahun 2002 (WHO, 2009). Menurut data-data rumah sakit pendidikan di sebagian wilayah Indonesia, angka kematian maternal berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000 persalinan. Angka kematian maternal di RS Pirngadi per 10.000 persalinan adalah 140,2 (1965-1969), 102 (1970-1974) dan 92,3 (1975-1979) (Mochtar, 1998).
Sepsis, perdarahan dan preeklampsia-eklampsia masih menjadi tiga penyebab utama kematian ibu hamil dan morbiditas obstetri (Benson, 1982). Menurut WHO (2004) secara keseluruhan, preeklampsia dan eklampsia sangat bertanggung jawab terhadap kurang lebih 14 % kematian maternal per tahun yaitu sekitar 50.000-75.000 kematian. Preeklampsia merupakan penyakit yang bisa mengakibatkan 17,6 % kematian maternal di Amerika Serikat (Lim, 2009). Tahun 2005 Angka Kematian Maternal (AKM) di Rumah Sakit seluruh Indonesia akibat preeklampsia dan eklampsia sebesar 4,91 % (8.397 dari 170.725) (Desi Risthiana Wati, 2009).
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh (termasuk wajah, leher dan ekstrimitas atas) atau proteinuria atau keduanya (Benson, 1982). Preeklampsia terjadi sekitar 8 % dari seluruh populasi, insiden bervariasi sesuai dengan lokasi geografis (Pernol, 1987). Di negara berkembang, insiden preeklampsia dilaporkan hingga 4 – 18 % (Lim, 2009). Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr Pirngadi, pada tanggal 1 Maret 2001-3 1 Januari 2002 didapatkan lebih dari 100 kasus preeklampsia berat menurut Dina (2003) dalam Wati (2009). Menurut Sudhaberata (2000) dalam Istichomah (2004) preeklampsia juga dapat menyebabkan resiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat bayi lahir rendah.
Preeklampsia bisa menyebabkan kelahiran awal dan komplikasi fetus termasuk bayi prematur. Preeklampsia sangat bertanggung jawab terhadap 15 % kelahiran prematur di Amerika Serikat (Penoll, 1982). Melalui penelitian oleh Meis, dkk pada tahun 1995 – 1998 dalam menganalisis kelahiran sebelum usia gestasi 37 minggu yang dilakukan di NICHD maternal-fetal medicine Units Network, kelahiran prematur yang diindikasikan 43%-nya disebabkan oleh preeklampsia (Cunningham, 2005). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir selamat dengan berat 2500 gram atau lebih kecil pada saat lahir (Pernoll, 1982). Frekuensi berat bayi lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 % dan di negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1: 4 (Mochtar, 1998).
Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur merupakan kontributor utama dalam kematian bayi. Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur semakin meningkat selama dua dekade kecuali perawatan neonatal yang sangat baik, kelahiran ini akan berlanjut menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi (Fried, 2008).
Berdasarkan data statistik yang telah diuraikan sebelumnya, banyak sekali pengaruh preeklampsia terhadap kehidupan ibu dan bayi. Salah satu komplikasi pada preeklampsia adalah berat bayi lahir rendah pada bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara preeklampsia dengan berat bayi lahir rendah di RSUP pada tahun .
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat hubungan antara ibu hamil yang menderita preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP ?
Adapun hipotesis nol pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara preeklampsia dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kasus preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP .
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian kasus preeklampsia pada ibu hamil di RSUP .
2. Untuk mengetahui angka kejadian kasus berat bayi lahir rendah di RSUP .
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manajemen kesehatan masyarakat, misalnya pentingnya diadakan penyuluhan bahwa antenatal care perlu dilakukan secara teratur, sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin kejadian preeklampsia yang akhirnya bisa menurunkan kemungkinan terjadinya berat bayi lahir rendah dan komplikasi yang lain.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bagian pediatri RSUP agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan serta sarana dan prasarana rumah sakit untuk menangani bayi dengan berat bayi lahir rendah yang dilahirkan oleh pasien preeklampsia atau pasien lainnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat digunakan dalam menangani pasien preeklampsia.
4. Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.silahkan download KTI SKRIPSI
Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah
Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah
ABSTRAK
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh atau proteinuria atau keduanya. Insiden preeklampsia adalah 7 – 10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia. Preeklampsia menyebabkan terganggunya aliran darah ke uteroplasenta dan dapat menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada bayi. Faktor-faktor penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum (49 – 60 %), infeksi (24 – 34 %), berat bayi lahir rendah (15 – 20 %), trauma persalinan (2 – 7 %), cacat bawaan (1 – 3 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP pada Tahun .Penelitian ini menggunakan metode analisis retrospektif dengan melihat data yang ada di rekam medis dan menggunakan Uji Crosstabs Chi Square sebagai uji statistik dalam pengolahan data. Sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di RSUP pada Tahun sebanyak 98 orang.
Dari penelitian ini didapatkan ibu yang melahirkan dengan preeklampsia sebanyak 26 orang (26,5 %) dan tidak preeklampsia sebanyak 72 orang (76,5 %). Berdasarkan hasil uji analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p value <0,001. Nilai p value yang didapat lebih kecil dibadingkan dengan nilai α (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP Tahun .Oleh karena itu, sebaiknya baik ibu hamil, instansi/pelayanan kesehatan serta pemerintah sangat memperhatikan kesehatan pada ibu hamil terutama dengan preeklampsia agar dapat menurunkan komplikasi preeklampsia.
Kata kunci : preeklampsia, berat bayi lahir rendah, hipertensi kehamilan, penyakit kehamilan
ABSTRACT
Preeclampsia is defined as a hypertension during pregnancy (without another factor of hypertension) which is combined with oedem or proteinuria or both of them. The incident of preeclampsia is about 7 – 10 % of pregnancies. It is the second mother death’s causes in Indonesia. Preeclampsia makes the disturbances of the blood flow to the uteroplacenta and can cause the low birth weight which is one of the cause for neonatal’s death. The cause factors that can make neonatal’s death is neonatorum asphyxia (49 – 60 %), infection (24 – 34 %), low birth weight (15 – 20 %), delivery trauma (2 – 7 %) and congenital (1 – 3 %). The study was conducted to investigate the relation between preeclampsia and low birth weight in RSUP year .
The study used an analytic retrospective method by seeing the medical record and used the Chi Square Cross Tabs Test as the statistic test to analyze data. The subjects were 98 pregnant women who had born their babies in RSUP year .
The results of this study showed 26 pregnant women (26,5 %) with preeclampsia and 72 pregnant women (76,5 %) without preeclampsia. The result of analyzed statistic test using chi square test was p value is <0,001. The p value of the analyzed data is fewer than α (0,05) which means the null hypothesis was rejected.
From the study, we can conclude that there is relationship between preeclampsia and low birth weight in RSUP year .Because of that, it is better for pregnant woman, health provider, and government to give more attention for the pregnant woman’s health especially with preeclampsia which can decrease the complication of preeclampsia.
Keywords : preeclampsia, low birth weight, pregnancy hypertension, pregnancy disease
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangWorld Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Di Indonesia, angka kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup adalah 390 pada tahun 1992 dan 307 pada tahun 2002 (WHO, 2009). Menurut data-data rumah sakit pendidikan di sebagian wilayah Indonesia, angka kematian maternal berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000 persalinan. Angka kematian maternal di RS Pirngadi per 10.000 persalinan adalah 140,2 (1965-1969), 102 (1970-1974) dan 92,3 (1975-1979) (Mochtar, 1998).
Sepsis, perdarahan dan preeklampsia-eklampsia masih menjadi tiga penyebab utama kematian ibu hamil dan morbiditas obstetri (Benson, 1982). Menurut WHO (2004) secara keseluruhan, preeklampsia dan eklampsia sangat bertanggung jawab terhadap kurang lebih 14 % kematian maternal per tahun yaitu sekitar 50.000-75.000 kematian. Preeklampsia merupakan penyakit yang bisa mengakibatkan 17,6 % kematian maternal di Amerika Serikat (Lim, 2009). Tahun 2005 Angka Kematian Maternal (AKM) di Rumah Sakit seluruh Indonesia akibat preeklampsia dan eklampsia sebesar 4,91 % (8.397 dari 170.725) (Desi Risthiana Wati, 2009).
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh (termasuk wajah, leher dan ekstrimitas atas) atau proteinuria atau keduanya (Benson, 1982). Preeklampsia terjadi sekitar 8 % dari seluruh populasi, insiden bervariasi sesuai dengan lokasi geografis (Pernol, 1987). Di negara berkembang, insiden preeklampsia dilaporkan hingga 4 – 18 % (Lim, 2009). Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr Pirngadi, pada tanggal 1 Maret 2001-3 1 Januari 2002 didapatkan lebih dari 100 kasus preeklampsia berat menurut Dina (2003) dalam Wati (2009). Menurut Sudhaberata (2000) dalam Istichomah (2004) preeklampsia juga dapat menyebabkan resiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat bayi lahir rendah.
Preeklampsia bisa menyebabkan kelahiran awal dan komplikasi fetus termasuk bayi prematur. Preeklampsia sangat bertanggung jawab terhadap 15 % kelahiran prematur di Amerika Serikat (Penoll, 1982). Melalui penelitian oleh Meis, dkk pada tahun 1995 – 1998 dalam menganalisis kelahiran sebelum usia gestasi 37 minggu yang dilakukan di NICHD maternal-fetal medicine Units Network, kelahiran prematur yang diindikasikan 43%-nya disebabkan oleh preeklampsia (Cunningham, 2005). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir selamat dengan berat 2500 gram atau lebih kecil pada saat lahir (Pernoll, 1982). Frekuensi berat bayi lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 % dan di negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1: 4 (Mochtar, 1998).
Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur merupakan kontributor utama dalam kematian bayi. Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur semakin meningkat selama dua dekade kecuali perawatan neonatal yang sangat baik, kelahiran ini akan berlanjut menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi (Fried, 2008).
Berdasarkan data statistik yang telah diuraikan sebelumnya, banyak sekali pengaruh preeklampsia terhadap kehidupan ibu dan bayi. Salah satu komplikasi pada preeklampsia adalah berat bayi lahir rendah pada bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara preeklampsia dengan berat bayi lahir rendah di RSUP pada tahun .
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat hubungan antara ibu hamil yang menderita preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP ?
Adapun hipotesis nol pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara preeklampsia dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kasus preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP .
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian kasus preeklampsia pada ibu hamil di RSUP .
2. Untuk mengetahui angka kejadian kasus berat bayi lahir rendah di RSUP .
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manajemen kesehatan masyarakat, misalnya pentingnya diadakan penyuluhan bahwa antenatal care perlu dilakukan secara teratur, sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin kejadian preeklampsia yang akhirnya bisa menurunkan kemungkinan terjadinya berat bayi lahir rendah dan komplikasi yang lain.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bagian pediatri RSUP agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan serta sarana dan prasarana rumah sakit untuk menangani bayi dengan berat bayi lahir rendah yang dilahirkan oleh pasien preeklampsia atau pasien lainnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat digunakan dalam menangani pasien preeklampsia.
4. Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.
Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar