KTI SKRIPSI
Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di Kecamatan Kabupaten .
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan tipe penelitian penjelasan (Explanatory research). Populasi seluruh Kepala Keluarga di Kecamatan Kabupaten : 14.394 KK. Sampel diambil dari tiap desa/ kelurahan sebanyak 100 KK dengan teknik Proposional Sampling To Size . Analisa Data dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promo si kesehatan mempunyai pengaruh terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Kabupaten .Pengaruh yang paling dominan adalah Pemberdayaan masyarakat. Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti memberikan kontribusi 56,6 % terhadap tingkat PHBS dan sisanya 43,4 % dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti.
Disarankan kepada pengambil keputusan dan pembuat kebijakan agar menjamin tersedianya tenaga, dana, sarana dan prasarana untuk program promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat). Puskesmas harus mampu mengelola potensi masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah kerjanya serta melakukan analisa situasi sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan program strategi promosi kesehatan untuk PHBS. Puskesmas sebaiknya meningkatkan kualitas kerja sama lintas sektoral, antar unit organisasi pemerintahan dan organisasi masyarakat.
Kata Kunci: Strategi Promosi Kesehatan, Tingkat PHBS, Tatanan Rumah Tangga
The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze the influence of health promotion strategy on the level of PHBS in the households in Sub-district, District. The population of this study is all of the 14.3 94 heads of households in Sub District, District. Through the proportional sampling technique, 100 heads of households of each rural village/ urban village were selected to be the samples for this study. The data were analyzed by multiple linear regression analysis.
The result of this study reveals that health promotion strategy has an influence on the level of PHBS in Sub-district, District. The most dominant influence is Community Empowerment. Coefficient of Determination (R2) shows that the independent variables studied gives the contribution of 56,6 % to the level of PHBS and the remaining 43,4 % is explained by the other independent variables which are not studied.
The policy makers are suggested to guarantee the availability of power, fund, facilities and infrastructures for the health promotion program (advocating, condition development, and community empowerment). Puskesmas must be able to manage the potential of community and the available word business in its work area and to analyze the situation as the basic of the PHBS health promotion strategy program planning and development. Puskesmas should improve the quality of inter-sectoral cooperation between the unit of government organization and that of community organization
Key words: Heath Promotion Strategy, Level of Healthy and Clean Life Behavior (PHBS), Household
Perilaku hidup bersih dan sehat hakikatnya adalah dasar pencegahan manusia dari berbagai penyakit. Kesehatan merupakan dambaan dan kebutuhan setiap orang. Prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini menjadi salah satu landasan dan program pembangunan kesehatan di Indonesia.
Visi pembangunan kesehatan Indonesia saat ini adalah Indonesia Sehat 2010, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat. Visi ini dijabarkan menjadi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan mengajak serta memotivasi masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat; dan jabaran ini disebut dengan Paradigma Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan riil paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya (Depkes RI, 2006).
Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian rumah yang melaksanakan PHBS (klasifikasi IV) baru berkisar 24,3 8 %. Di Sumatera Utara, rumah tangga yang ber PHBS baru mencapai 55,32 %. Salah satu kabupaten yang termasuk rendah dalam rangka pelaksanaan PHBS ini adalah kabupaten dengan tingkat pencapaian 28,57 %, masih jauh dari target minimal pemerintah, yaitu 65 % pada tahun 2010.
Peningkatan PHBS tersebut dilaksanakan melalui 5 tatanan, diantaranya adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga, yaitu; (1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif, (3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, (4) Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban sehat, (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, (7) Lantai rumah bukan lantai tanah, (8) Tidak merokok di dalam rumah, (9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) Makan buah dan sayur setiap hari. Keberhasilan program PHBS tatanan rumah tangga, didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi menjadi 4 tingkatan atau kategori: Sehat I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV; dengan target pemerintah yaitu tercapainya penduduk Indonesia yang ber-PHBS pada tingkat Sehat IV (Depkes RI, 2006).
Tingkat keberhasilan PHBS di Indonesia cenderung belum maksimal. Hasil Survei Kesehatan Nasional (2004), menunjukkan bahwa: (1) Cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 64%, dengan target nasional 90%; (2) Bayi diberi ASI eksklusif 39,5 %, dengan target nasional 80%; (3) Cakupan JPKM 19%, target nasional 80%; (4) Jenis sumber air yang paling banyak digunakan adalah air sumur terlindung sebesar 35% dan ketersediaan air bersih 81 %, target nasional 85 %; (5) Rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 49%, target nasional 80%; (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 35 % dengan target nasional 80 % (7) Lantai rumah bukan lantai tanah 35% target nasional 80%; (8) Hanya 36 % penduduk Indonesia yang tidak merokok dalam rumah; (9) Hanya 18% penduduk yang melakukan aktifitas fisik; (10) Hanya 16 % yang makan buah dan sayur setiap hari.
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (.........), diketahui antara lain: cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 67,78%; ASI ekslusif 33,92%; cakupan JPKM 8,26%; ketersediaan air bersih 75 %, rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 68,63%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 27,3 8 %; lantai rumah bukan lantai tanah 27,38%.
Cakupan PHBS di Kabupaten merupakan salah satu yang
terendah di propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi
dan Surkesda (2007), di ketahui cakupan PHBS
kabupaten , antara lain: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
82,18%; bayi diberi ASI Ekslusif 38,57%; mempunyai Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan 30,76%; ketersediaan air bersih 81,17%; ketersediaan jamban sehat
5 2,7%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni/menggunakan ruangan
bergabung 46,01% ; lantai rumah bukan lantai tanah 93%; 9 1,35 % penduduk yang
merokok melakukannya di dalam rumah; melakukan aktifitas fisik sedang setiap hari
3 8,19%; pada indikator makan buah dan sayur setiap hari dijumpai 11,15%
masyarakat yang mengkonsumsi buah; dan 86,58 % mengkonsumsi sayur setiap hari.
Salah satu kecamatan yang mempunyai cakupan rumah tangga ber-PHBS
terendah di kabupaten adalah kecamatan (urutan 20 dari 22
kecamatan), dengan indikator antara lain; pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan: dokter (10,26 %) dan bidan (87,18%); bayi diberi ASI ekslusif 27,27 %; mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 32,43 %; ketersediaan air bersih 100 %; ketersediaan jamban sehat 64,95 %; dan 100 % penduduk merokok di dalam rumah; 34,34 % makan buah setiap hari dan 88,70 % makan sayur setiap hari; dan 29,11 % melakukan aktifitas sedang setiap hari(Profil Kesehatan Kab.dan Surkesda, 2007).
Strategi promosi kesehatan PHBS yang dilaksanakan Dinas Kesehatan , dibiayai dengan dana yang relative terbatas, sebab proporsi anggaran kesehatan baru mencapai 6,2% dari total APBD, masih jauh dari target 15 % dari APBD sesuai rekomendasi Depkes RI. Pelaksanaan PHBS juga mendapat dukungan dari organisasi non pemerintah, khususnya dari USAID dengan Health Service Programe (HSP), dalam program kesehatan seperti program cuci tangan pakai sabun dalam peningkatan program PHBS. Namun seluruh upaya ini belum mampu memenuhi target capaian PHBS (Dinas Kesehatan Kabupaten , 2006).
Saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten memprioritaskan program PHBS, dengan menerapkan strategi pencapaian PHBS melalui kegiatan: (1) Advokasi, (2) Bina suasana, dan (3) Gerakan pemberdayaan masyarakat. Promosi PHBS menjadi salah satu tugas pokok puskesmas (Dinkes , .........).
Berdasarkan hasil wawancara dengan staf puskesmas (Maret, .........) dapat diketahui bahwa promo si kesehatan kepada masyarakat tentang PHBS atau penggunaan media komunikasi kepada masyarakat belum memberikan informasi yang baik bagi masyarakat; karena keterbatasan dalam hal pelaksanaan kegiatan dan sarana atau media informasi, seperti tulisan, leaflet, penyuluhan, dan media penyaluran informasi lainnya.
Upaya promosi kesehatan dilakukan oleh puskesmas, karena puskesmas merupakan sarana kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lintas sektoral untuk mempromosikan berbagai program-program kesehatan termasuk PHBS. Puskesmas merupakan penghubung langsung antara program pemerintah dengan masyarakat, dan melalui promo si kesehatan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka mencapai perubahan lingkungan fisik dan sosial melalui aktivitas organisasi dan upaya bersama (Muninjaya, 2004).
Hasil penelitian Hasibuan (2004) di Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa responden yang pernah menerima penyuluhan tentang PHBS sebesar 44,9%; dan tidak ada hubungan antara frekuensi penyuluhan dengan tingkat PHBS klasifikasi IV dan belum klasifikasi IV. Namun menurut Hasibuan, yang mengutip hasil penelitian Syafrizal (2002) di Kabupaten Bungo Jambi, diketahui bahwa penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap PHBS. Penyuluhan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga.
Hasil penelitian Sinaga, dkk (2004), di Kabupaten Bantul, menunjukkan rendahnya cakupan PHBS disebabkan oleh kurangnya pemberdayaan masyarakat, terbatasnya anggaran biaya PHBS, rendahnya peran puskesmas dalam kegiatan penyuluhan PHBS kepada masyarakat, dan rendahnya dukungan dari lintas sektoral terhadap program PHBS.
Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti (2001) Kabupaten Bengkulu Utara, menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang Pauh akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu, sehingga sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud.
Berdasarkan pendapat para ahli (seperti Muninjaya, 2004; McKenzie, 2007;) dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang didukung oleh sumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Berdasarkan pendapat Green (1980), dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan determinan penting dari perilaku hidup sehat masyarakat. Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu, yaitu: (1) Faktor pemungkin atau predisposing factor, sebagai factor pemicu perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana; (2) Faktor pemudah atau reinforcing factor, adalah faktor dasar atau motivasi bagi perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang; (3) Faktor penguat atau enabling factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat.
Berdasarkan pendapat McKenzie (2007) dan Sarwono (2004), dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi persoalan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, ada dua kemampuan penting yang harus dikuasai, yaitu ketrampilan untuk mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan. Promosi kesehatan mempunyai kekuatan untuk merubah perilaku masyarakat. Perilaku merupakan reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap) dan aktif (melakukan tindakan). Dengan demikian promosi kesehatan dapat menjadi faktor penting dalam perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat, baik dalam ukuran sifat perilaku pasif maupun perilaku aktif.
Selanjutnya berdasarkan pendapat Notoadmodjo (2003), dapat dijelaskan bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau masyarakat.
Berdasarkan paparan di atas, sangat penting dianalisis peran strategi promosi (meliputi aspek advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga, agar mencapai tingkat/ klasifikasi Sehat IV yang merupakan sasaran yang diharapkan pemerintah.
Diharapkan hasil analisis ini dapat memberi kontribusi bagi pemecahan masalah PHBS di lokasi penelitian, dan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan pengetahuan manajemen promosi kesehatan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu: bagaimana pengaruh strategi promo si kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Kabupaten .
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisi pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Kabupaten .
1.4 . Hiposkripsi Penelitian
Hiposkripsi penelitian, dapat dirumuskan, yaitu: Strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Kabupaten .
1.5 . Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:
1.5.1. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan dalam menyusun program promosi
kesehatan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan PHBS.
1.5.2. Masukan untuk puskesmas untuk menyusun pola implementasi promosi
kesehatan dalam kegiatan PHBS.
1.5.3. Masukan dalam pengembangan kebijakan promosi kesehatan dan program
PHBS, pada tingkat kabupaten, propinsi, maupun pemerintah pusat.
1.5.4. Diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan konsep dan
pengetahuan bidang manajemen promo si kesehatan, khususnya aspek strategi
promosi kesehatan.silahkan download KTI SKRIPSI
Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga
Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga
ABSTRAK
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dengan strategi yang ditekankan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Puskesmas Kabupaten dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga di wilayah kerjanya berusaha melakukan strategi promosi kesehatan sebaik-baiknya. Tingkat PHBS rumah tangga dipengaruhi oleh strategi promo si kesehatan yang dilakukan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di Kecamatan Kabupaten .
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan tipe penelitian penjelasan (Explanatory research). Populasi seluruh Kepala Keluarga di Kecamatan Kabupaten : 14.394 KK. Sampel diambil dari tiap desa/ kelurahan sebanyak 100 KK dengan teknik Proposional Sampling To Size . Analisa Data dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promo si kesehatan mempunyai pengaruh terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Kabupaten .Pengaruh yang paling dominan adalah Pemberdayaan masyarakat. Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti memberikan kontribusi 56,6 % terhadap tingkat PHBS dan sisanya 43,4 % dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti.
Disarankan kepada pengambil keputusan dan pembuat kebijakan agar menjamin tersedianya tenaga, dana, sarana dan prasarana untuk program promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat). Puskesmas harus mampu mengelola potensi masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah kerjanya serta melakukan analisa situasi sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan program strategi promosi kesehatan untuk PHBS. Puskesmas sebaiknya meningkatkan kualitas kerja sama lintas sektoral, antar unit organisasi pemerintahan dan organisasi masyarakat.
Kata Kunci: Strategi Promosi Kesehatan, Tingkat PHBS, Tatanan Rumah Tangga
ABSTRACT
Health promotion is an effort to increase the ability of community through learning from, by, for and together with the community themselves with the strategy emphasized in order that they can help themselves and develops the community based activity with the local socio-culture and supported by the health oriented public policy. In order to improve the Healthy and Clean Life Behavior (PHBS), the Community Health Center (Puskesmas) , District has tried to apply the health promotion strategy. The level of household PHBS is influenced by the health promotion strategy.The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze the influence of health promotion strategy on the level of PHBS in the households in Sub-district, District. The population of this study is all of the 14.3 94 heads of households in Sub District, District. Through the proportional sampling technique, 100 heads of households of each rural village/ urban village were selected to be the samples for this study. The data were analyzed by multiple linear regression analysis.
The result of this study reveals that health promotion strategy has an influence on the level of PHBS in Sub-district, District. The most dominant influence is Community Empowerment. Coefficient of Determination (R2) shows that the independent variables studied gives the contribution of 56,6 % to the level of PHBS and the remaining 43,4 % is explained by the other independent variables which are not studied.
The policy makers are suggested to guarantee the availability of power, fund, facilities and infrastructures for the health promotion program (advocating, condition development, and community empowerment). Puskesmas must be able to manage the potential of community and the available word business in its work area and to analyze the situation as the basic of the PHBS health promotion strategy program planning and development. Puskesmas should improve the quality of inter-sectoral cooperation between the unit of government organization and that of community organization
Key words: Heath Promotion Strategy, Level of Healthy and Clean Life Behavior (PHBS), Household
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangPerilaku hidup bersih dan sehat hakikatnya adalah dasar pencegahan manusia dari berbagai penyakit. Kesehatan merupakan dambaan dan kebutuhan setiap orang. Prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini menjadi salah satu landasan dan program pembangunan kesehatan di Indonesia.
Visi pembangunan kesehatan Indonesia saat ini adalah Indonesia Sehat 2010, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat. Visi ini dijabarkan menjadi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan mengajak serta memotivasi masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat; dan jabaran ini disebut dengan Paradigma Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan riil paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya (Depkes RI, 2006).
Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian rumah yang melaksanakan PHBS (klasifikasi IV) baru berkisar 24,3 8 %. Di Sumatera Utara, rumah tangga yang ber PHBS baru mencapai 55,32 %. Salah satu kabupaten yang termasuk rendah dalam rangka pelaksanaan PHBS ini adalah kabupaten dengan tingkat pencapaian 28,57 %, masih jauh dari target minimal pemerintah, yaitu 65 % pada tahun 2010.
Peningkatan PHBS tersebut dilaksanakan melalui 5 tatanan, diantaranya adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga, yaitu; (1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif, (3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, (4) Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban sehat, (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, (7) Lantai rumah bukan lantai tanah, (8) Tidak merokok di dalam rumah, (9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) Makan buah dan sayur setiap hari. Keberhasilan program PHBS tatanan rumah tangga, didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi menjadi 4 tingkatan atau kategori: Sehat I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV; dengan target pemerintah yaitu tercapainya penduduk Indonesia yang ber-PHBS pada tingkat Sehat IV (Depkes RI, 2006).
Tingkat keberhasilan PHBS di Indonesia cenderung belum maksimal. Hasil Survei Kesehatan Nasional (2004), menunjukkan bahwa: (1) Cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 64%, dengan target nasional 90%; (2) Bayi diberi ASI eksklusif 39,5 %, dengan target nasional 80%; (3) Cakupan JPKM 19%, target nasional 80%; (4) Jenis sumber air yang paling banyak digunakan adalah air sumur terlindung sebesar 35% dan ketersediaan air bersih 81 %, target nasional 85 %; (5) Rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 49%, target nasional 80%; (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 35 % dengan target nasional 80 % (7) Lantai rumah bukan lantai tanah 35% target nasional 80%; (8) Hanya 36 % penduduk Indonesia yang tidak merokok dalam rumah; (9) Hanya 18% penduduk yang melakukan aktifitas fisik; (10) Hanya 16 % yang makan buah dan sayur setiap hari.
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (.........), diketahui antara lain: cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 67,78%; ASI ekslusif 33,92%; cakupan JPKM 8,26%; ketersediaan air bersih 75 %, rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 68,63%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 27,3 8 %; lantai rumah bukan lantai tanah 27,38%.
Cakupan PHBS di Kabupaten merupakan salah satu yang
terendah di propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi
dan Surkesda (2007), di ketahui cakupan PHBS
kabupaten , antara lain: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
82,18%; bayi diberi ASI Ekslusif 38,57%; mempunyai Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan 30,76%; ketersediaan air bersih 81,17%; ketersediaan jamban sehat
5 2,7%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni/menggunakan ruangan
bergabung 46,01% ; lantai rumah bukan lantai tanah 93%; 9 1,35 % penduduk yang
merokok melakukannya di dalam rumah; melakukan aktifitas fisik sedang setiap hari
3 8,19%; pada indikator makan buah dan sayur setiap hari dijumpai 11,15%
masyarakat yang mengkonsumsi buah; dan 86,58 % mengkonsumsi sayur setiap hari.
Salah satu kecamatan yang mempunyai cakupan rumah tangga ber-PHBS
terendah di kabupaten adalah kecamatan (urutan 20 dari 22
kecamatan), dengan indikator antara lain; pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan: dokter (10,26 %) dan bidan (87,18%); bayi diberi ASI ekslusif 27,27 %; mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 32,43 %; ketersediaan air bersih 100 %; ketersediaan jamban sehat 64,95 %; dan 100 % penduduk merokok di dalam rumah; 34,34 % makan buah setiap hari dan 88,70 % makan sayur setiap hari; dan 29,11 % melakukan aktifitas sedang setiap hari(Profil Kesehatan Kab.dan Surkesda, 2007).
Strategi promosi kesehatan PHBS yang dilaksanakan Dinas Kesehatan , dibiayai dengan dana yang relative terbatas, sebab proporsi anggaran kesehatan baru mencapai 6,2% dari total APBD, masih jauh dari target 15 % dari APBD sesuai rekomendasi Depkes RI. Pelaksanaan PHBS juga mendapat dukungan dari organisasi non pemerintah, khususnya dari USAID dengan Health Service Programe (HSP), dalam program kesehatan seperti program cuci tangan pakai sabun dalam peningkatan program PHBS. Namun seluruh upaya ini belum mampu memenuhi target capaian PHBS (Dinas Kesehatan Kabupaten , 2006).
Saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten memprioritaskan program PHBS, dengan menerapkan strategi pencapaian PHBS melalui kegiatan: (1) Advokasi, (2) Bina suasana, dan (3) Gerakan pemberdayaan masyarakat. Promosi PHBS menjadi salah satu tugas pokok puskesmas (Dinkes , .........).
Berdasarkan hasil wawancara dengan staf puskesmas (Maret, .........) dapat diketahui bahwa promo si kesehatan kepada masyarakat tentang PHBS atau penggunaan media komunikasi kepada masyarakat belum memberikan informasi yang baik bagi masyarakat; karena keterbatasan dalam hal pelaksanaan kegiatan dan sarana atau media informasi, seperti tulisan, leaflet, penyuluhan, dan media penyaluran informasi lainnya.
Upaya promosi kesehatan dilakukan oleh puskesmas, karena puskesmas merupakan sarana kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lintas sektoral untuk mempromosikan berbagai program-program kesehatan termasuk PHBS. Puskesmas merupakan penghubung langsung antara program pemerintah dengan masyarakat, dan melalui promo si kesehatan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka mencapai perubahan lingkungan fisik dan sosial melalui aktivitas organisasi dan upaya bersama (Muninjaya, 2004).
Hasil penelitian Hasibuan (2004) di Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa responden yang pernah menerima penyuluhan tentang PHBS sebesar 44,9%; dan tidak ada hubungan antara frekuensi penyuluhan dengan tingkat PHBS klasifikasi IV dan belum klasifikasi IV. Namun menurut Hasibuan, yang mengutip hasil penelitian Syafrizal (2002) di Kabupaten Bungo Jambi, diketahui bahwa penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap PHBS. Penyuluhan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga.
Hasil penelitian Sinaga, dkk (2004), di Kabupaten Bantul, menunjukkan rendahnya cakupan PHBS disebabkan oleh kurangnya pemberdayaan masyarakat, terbatasnya anggaran biaya PHBS, rendahnya peran puskesmas dalam kegiatan penyuluhan PHBS kepada masyarakat, dan rendahnya dukungan dari lintas sektoral terhadap program PHBS.
Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti (2001) Kabupaten Bengkulu Utara, menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang Pauh akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu, sehingga sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud.
Berdasarkan pendapat para ahli (seperti Muninjaya, 2004; McKenzie, 2007;) dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang didukung oleh sumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Berdasarkan pendapat Green (1980), dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan determinan penting dari perilaku hidup sehat masyarakat. Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu, yaitu: (1) Faktor pemungkin atau predisposing factor, sebagai factor pemicu perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana; (2) Faktor pemudah atau reinforcing factor, adalah faktor dasar atau motivasi bagi perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang; (3) Faktor penguat atau enabling factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat.
Berdasarkan pendapat McKenzie (2007) dan Sarwono (2004), dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi persoalan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, ada dua kemampuan penting yang harus dikuasai, yaitu ketrampilan untuk mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan. Promosi kesehatan mempunyai kekuatan untuk merubah perilaku masyarakat. Perilaku merupakan reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap) dan aktif (melakukan tindakan). Dengan demikian promosi kesehatan dapat menjadi faktor penting dalam perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat, baik dalam ukuran sifat perilaku pasif maupun perilaku aktif.
Selanjutnya berdasarkan pendapat Notoadmodjo (2003), dapat dijelaskan bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau masyarakat.
Berdasarkan paparan di atas, sangat penting dianalisis peran strategi promosi (meliputi aspek advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga, agar mencapai tingkat/ klasifikasi Sehat IV yang merupakan sasaran yang diharapkan pemerintah.
Diharapkan hasil analisis ini dapat memberi kontribusi bagi pemecahan masalah PHBS di lokasi penelitian, dan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan pengetahuan manajemen promosi kesehatan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu: bagaimana pengaruh strategi promo si kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Kabupaten .
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisi pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Kabupaten .
1.4 . Hiposkripsi Penelitian
Hiposkripsi penelitian, dapat dirumuskan, yaitu: Strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Kabupaten .
1.5 . Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:
1.5.1. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan dalam menyusun program promosi
kesehatan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan PHBS.
1.5.2. Masukan untuk puskesmas untuk menyusun pola implementasi promosi
kesehatan dalam kegiatan PHBS.
1.5.3. Masukan dalam pengembangan kebijakan promosi kesehatan dan program
PHBS, pada tingkat kabupaten, propinsi, maupun pemerintah pusat.
1.5.4. Diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan konsep dan
pengetahuan bidang manajemen promo si kesehatan, khususnya aspek strategi
promosi kesehatan.
Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar