KTI SKRIPSI
Tingkat Kejadian dan Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Stomatitis pada Penderita Tunanetra
Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Di Indonesia, kaum tunanetra secara stereotip digambarkan sebagai seseorang yang tidak berdaya, tidak mandiri, dan menyedihkan. Sehingga terbentuk pandangan dikalangan masyarakat bahwa para kaum tunanetra itu patut dikasihani, selalu membutuhkan perlindungan dan bantuan.
Selama ini sikap dan pandangan masyarakat yang negatif itu menyebabkan para remaja tunanetra kurang percaya diri, menjadi rendah diri, minder dan merasa tidak berguna. Hal ini akan berakibat pada aktualisasi dan pengembangan potensi kepribadian menjadi terhambat, sehingga remaja tunanetra menjadi pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan khawatir dalam menyampaikan gagasan, ragu-ragu dalam menentukan pilihan dan memiliki sedikit keinginan untuk bersaing dengan orang lain.
Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, mempunyai tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi, baik kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial. Tuntutan kebutuhan membuat seseorang aktif dan terus aktif sampai situasi seseorang dan lingkungan diubah untuk meredakan kebutuhan tersebut. Beberapa tuntutan kebutuhan disertai dengan emosi atau perasaan tertentu dan seringkali disertai dengan perilaku/tindakan instrumental tertentu yang efektif untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
Seseorang yang mempunyai kecacatan biasanya disebut dengan kondisi luar biasa. Pada umumnya, yang termasuk dalam kondisi luar biasa adalah seseorang atau individu yang mengalami cacat baik jasmani maupun rohani, berupa kelainan fisik, mental, ataupun sosial, sehingga mengalami hambatan dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dalam hidupnya.
Seorang tunanetra, dalam kondisinya yang khusus atau luar biasa dengan berbagai kesulitannya, sering menghadapi berbagai masalah karena hambatan dalam fungsi penglihatannya.
Dengan gambaran kondisi seperti diatas, maka sudah dapat dilihat bagaimana sulitnya penderita tunanetra membangun semangat dan pola hidupnya. Termasuk dalam pola hidup kesehatan penderita tunanetra itu sendiri, terkhusus dalam kesehatan gigi dan mulutnya.
Dalam kaitannya dengan stomatitis, dengan memperhatikan faktor penyebab terjadinya stomatitis, maka penderita tunanetra seharusnya memperoleh perhatian yang lebih lagi. Mengingat pola hidup dan lingkungan penyandang tunanetra yang sangat mendukung terjadinya stomatitis.
Stomatitis itu sendiri adalah lesi yang timbul di rongga mulut yang disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh yang dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain akibat defisiensi nutrisi, kebiasaan hidup yang kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut, akibat kebiasaan buruk (badhabbit), sehingga virus dan bakteri mudah menyerang jaringan lunak rongga mulut. Penyakit ini sangat mengganggu dengan rasa sakit dan seperti terbakar, membuat penderitanya susah makan dan susah minum.
Stomatitis dapat menyerang siapa saja, tidak mengenal umur maupun jenis kelamin. Biasanya daerah bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.
I.2 Dasar Pemikiran
Dengan memperhatikan faktor penyebab terjadinya stomatitis berupa defisiensi nutrisi, kebiasaan hidup yang kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulut, kebiasaan buruk (badhabbit), trauma, infeksi, dan penyakit sistemik, maka penulis ingin mengetahui dan membuktikan apa sebenarnya yang menjadi penyebab paling dominan terjadinya stomatitis pada penderita tunanetra.
I.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui tingkat kejadian dan faktor yang mempengaruhi terjadinya stomatitis pada penderita tunanetra.
silahkan download KTI SKRIPSI
Tingkat Kejadian dan Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Stomatitis pada Penderita Tunanetra
Tingkat Kejadian dan Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Stomatitis pada Penderita Tunanetra
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar BelakangTunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Di Indonesia, kaum tunanetra secara stereotip digambarkan sebagai seseorang yang tidak berdaya, tidak mandiri, dan menyedihkan. Sehingga terbentuk pandangan dikalangan masyarakat bahwa para kaum tunanetra itu patut dikasihani, selalu membutuhkan perlindungan dan bantuan.
Selama ini sikap dan pandangan masyarakat yang negatif itu menyebabkan para remaja tunanetra kurang percaya diri, menjadi rendah diri, minder dan merasa tidak berguna. Hal ini akan berakibat pada aktualisasi dan pengembangan potensi kepribadian menjadi terhambat, sehingga remaja tunanetra menjadi pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan khawatir dalam menyampaikan gagasan, ragu-ragu dalam menentukan pilihan dan memiliki sedikit keinginan untuk bersaing dengan orang lain.
Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, mempunyai tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi, baik kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial. Tuntutan kebutuhan membuat seseorang aktif dan terus aktif sampai situasi seseorang dan lingkungan diubah untuk meredakan kebutuhan tersebut. Beberapa tuntutan kebutuhan disertai dengan emosi atau perasaan tertentu dan seringkali disertai dengan perilaku/tindakan instrumental tertentu yang efektif untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
Seseorang yang mempunyai kecacatan biasanya disebut dengan kondisi luar biasa. Pada umumnya, yang termasuk dalam kondisi luar biasa adalah seseorang atau individu yang mengalami cacat baik jasmani maupun rohani, berupa kelainan fisik, mental, ataupun sosial, sehingga mengalami hambatan dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dalam hidupnya.
Seorang tunanetra, dalam kondisinya yang khusus atau luar biasa dengan berbagai kesulitannya, sering menghadapi berbagai masalah karena hambatan dalam fungsi penglihatannya.
Dengan gambaran kondisi seperti diatas, maka sudah dapat dilihat bagaimana sulitnya penderita tunanetra membangun semangat dan pola hidupnya. Termasuk dalam pola hidup kesehatan penderita tunanetra itu sendiri, terkhusus dalam kesehatan gigi dan mulutnya.
Dalam kaitannya dengan stomatitis, dengan memperhatikan faktor penyebab terjadinya stomatitis, maka penderita tunanetra seharusnya memperoleh perhatian yang lebih lagi. Mengingat pola hidup dan lingkungan penyandang tunanetra yang sangat mendukung terjadinya stomatitis.
Stomatitis itu sendiri adalah lesi yang timbul di rongga mulut yang disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh yang dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain akibat defisiensi nutrisi, kebiasaan hidup yang kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut, akibat kebiasaan buruk (badhabbit), sehingga virus dan bakteri mudah menyerang jaringan lunak rongga mulut. Penyakit ini sangat mengganggu dengan rasa sakit dan seperti terbakar, membuat penderitanya susah makan dan susah minum.
Stomatitis dapat menyerang siapa saja, tidak mengenal umur maupun jenis kelamin. Biasanya daerah bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.
I.2 Dasar Pemikiran
Dengan memperhatikan faktor penyebab terjadinya stomatitis berupa defisiensi nutrisi, kebiasaan hidup yang kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulut, kebiasaan buruk (badhabbit), trauma, infeksi, dan penyakit sistemik, maka penulis ingin mengetahui dan membuktikan apa sebenarnya yang menjadi penyebab paling dominan terjadinya stomatitis pada penderita tunanetra.
I.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui tingkat kejadian dan faktor yang mempengaruhi terjadinya stomatitis pada penderita tunanetra.
Tingkat Kejadian dan Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Stomatitis pada Penderita Tunanetra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar