Minggu, 07 April 2013

Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP)

KTI SKRIPSI
Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP)

ABSTRAK
Di Indonesia program KB salah satu indikator menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Menurut  SDKI, 2007 Partisipasi pria tentang KB 1 % hal ini disebabkan budaya kesetaraan jender sangat kurang diadopsi pria, keadaan  ini didukung data Profil Dinkes kota dari 8325  laki – laki PUS 5,91 % akseptor KB Metode Operatif Pria, berdasarkan data diatas tujuan penelitian untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan  Pria Tentang MOP Di Wilayah Puskesmas Kota Tahun  .
Penelitian ini jenis deskriktif, menggunakan data primer dengan alat ukur kuisioner. Populasi seluruh  pasangan  yang tidak ingin punya anak berjumlah 208 responden dan sampel sebanyak 68 responden
Hasil dan pembahasan  penelitian bahwa  dari 68 responden ditemukan variabel umur berpengetahuan baik  85,7 %,  cukup  87,2 %,  variabel pendidikan berpengetahuan baik  10,3 %, cukup  84,4 %, variabel pekerjaan berpengetahuan baik  10,3 %, cukup 83,7% , variabel  sumber informasi berpengetahuan baik  10,3%, cukup 90,1 %. Sedangkan responden  berpengetahuan kurang  ditinjau dari variabel umur  2,9 %, pendidikan  2,9 % , pekerjaan  2,9 %. Rendahnya pengetahuan pria disebabkan kurangnya kesadaran pria  menjadi akseptor KB MOP.
Sebaiknya  pimpinan Puskesmas dan petugas kesehatan mensosialisasikan  Metode KB MOP kepada masyarakat   supaya  akseprtor pria mencapai target nasional.
Kata Kunci        : Pengetahuan Pria Metode Operatif Pria

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
    Di Indonesia Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka kematian bayi, angka kematian ibu, umur harapan hidup dan angka kematian balita. Oleh karena itu, persalinan ibu harus mendapatkan fasilitas dan partisipasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan termasuk keluarga berencana (KB), partisipasi masyarakat setempat dan lainnya (Depkes RI, 2002).
          Word Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99% diantaranya terjadi di negara berkembang. Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir satu orang ibu setiap menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan.
        Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2006, Angka Kematian Ibu melahirkan di Indonesia masih tertinggi di negara ASEAN, yakni 248 per 100.000 kelahiran hidup. Setiap jamnya ada 2 kematian ibu, setiap hari 50 ibu, tiap minggu 352 ibu, 1 bulan 1.500 ibu dan setiap tahun berjumlah 18.300 ibu yang meninggal. Angka tersebut diprediksikan akan bisa ditekan manakala pemerintah menjalankan programnya termasuk keluarga berencana (KB) dibantu oleh peran serta seluruh lapisan masyarakat  (Depkes, 2006).
           Menurut  Profil Dinas Kesehatan Kota Tahun , Angka Kematian Ibu Maternal tertinggi dalam empat tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2005 sebesar 540 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu Maternal terendah terjadi pada tahun 2008 dengan angka 209 per  100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota ).
    Pada tahun 2005 proporsi wanita usia subur yang menjadi peserta KB baru sebanyak 17,49 % kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi 21,79 %. Angka ini terus bertambah pada tahun 2007 sebesar  28,20 % dan akhir tahun 2008 proporsi KB baru mencapai 35,58 %. ( Profil Dinas Kesehatan  Kota Tahun 2009).
    Program Keluarga Berencana (KB) adalah Suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan usia subur (PUS) dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan. Meningkatkan mutu komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB (BKKBN, 2006).
    Vasektomi yang pertama kali dilakukan oleh seorang bedah ahli Inggris pada tahun 1894 ini adalah satu metode kontrasepsi mantap bagi pria (cara ber-KB) dengan biaya murah, efektif, sederhana dan aman, yaitu dengan cara memotong kedua saluran sperma (Vas Deferens) sehingga pada saat ejakulasi cairan mani yang dikeluarkan tidak lagi mengandung sperma sehingga tidak terjadi kehamilan.
    Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan di Indonesia Tahun 2008 adalah kontap pria (medis operasi pria 0,2 persen). Beda orang, berbeda kebutuhan. Penggunaan kontrasepsi juga harus berdasarkan kesepakatan suami-istri  (http://www Salah Persepsi Tentang Kontrasepsi).
    Sampai bulan Oktober 2009 lalu, kesertaan Pria ber KB secara Nasional mencapai 52,3 persen. Khusus dalam hal KB Pria, capaian peserta baru yaitu 38,1 persen ditahun 2007 dan menjadi 102 persen di tahun 2008.
    Kurangnya pengetahuan pada PUS sangat mempengaruhi dengan pemakaian alat kontrasepsi KB vasektomi. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi program yaitu manakala pengetahuan dari PUS masih kurang terutama selama ini hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, Sementara para akseptor pria kurang pembinaan dan pendekatan sehingga tidak saling memberikan pengetahuan (http://www bkkbn.go.id).
    Menurut Suprihastuti (2000), menurut temuan studi yang dilaporkan oleh IDI propinsi Jawa Timur (di 3 kabupaten) menyatakan bahwa vasektomi dapat diterima oleh semua tingkatan pendidikan dan sosial ekonomi. Bila dilihat dari umur pemakai alat kontrasepsi pria cenderunglebih tua dibanding yang lain. Ini memberikan petunjuk bahwa kematangan pria juga ikut mempengaruhi untuk saling mengerti dalam kehidupan keluarga.
    Bila ditinjau dari segi pendidikan, menurut hasil analisis lanjut SDKI 2001 (Suprihastuti,dkk, 2000) ternyata “pendidikan” berpengaruh negatif terhadap pemakaian vasektomi, sementara wilayah (desa) memberikan pengaruh positif mereka yang berpendidikan tinggi cenderung memilih kondom. Secara statistik ternyata tingkat pendidikan berpengaruh secara bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi pria terutama Metode Operatif Pria (MOP).
    Menurut Hurclock (1990), pekerjaan yang dilakukan memberikan kepuasaan kepada seseorang dan pekerjaan yang dilakukan seseorang berpengaruh terhadap yang lain. Pekerjaan merupakan kegiatan formula yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, maka pria yang bekerja semakin banyak mendapatkan pengetahuan mengenai pelayanan kesehatan terutama metode operatif pria.
        Sementara itu, untuk kontrasepsi pria pada umumnya menyatakan bahwa sebagai sumber informasi adalah petugas KB, media TV dan radio, bidan dan pamong desa. Sedangkan media cetak seperti Koran, majalah dan poster memberi kontribusi terhadap pengetahuannya mengenai kontrasepsi pria. Tentang sumber informasi yang paling  disukai dalam kaitannya dengan penggunaan media massa merupakan sumber pengetahuan, sarana, pembentukan sikap dan prilaku ber-KB adalah melalui TV, diikuti oleh media cetak seperti majalah, poster dan pamflet.
    Menurut BKKBN (2006), melaporkan peserta KB baru (PB) dan pencapainya terhadap perkiraan permintaan masyarakat yaitu di Sumatera Utara yaitu 77 peserta. Pencapaian peserta KB baru terhadap PPM PB pria di Sumatera Utara sekitar 15,05% peserta (http://www BKKBN.go.id).
        Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB aktif Di Kota pada tahun 2008 tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2007 alat kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh peserta KB aktif adalah suntikan (27,96 %), IUD (25,95 %), Pil (21,57 %), implant (15,54 %), Mop/Mow (5,91 %),dan kondom (3,07 %). ( Profil Dinas Kesehatan  Kota Tahun 2009).
    Menurut data dari Puskesmas Kota Tahun 2009 yaitu  jumlah peserta KB aktif 1698 akseptor MOP 16 akseptor, Implant sebesar 246 akseptor, suntik 562 akseptor, pil 481 akseptor. Peserta KB di wilayah ini yang menggunakan fasilitas pemerintah 1198 akseptor, yang menggunakan fasilitas swasta 500 akseptor. Jumlah pasangan usia subur yang bukan peserta KB sebesar 838, jumlah pasangan yang ingin hamil sebesar 94, jumlah pasangan yang ingin anak segera sebesar 302, jumlah pasangan yang ingin anak tapi ditunda sebesar 254, jumlah pasangan yang tidak ingin anak lagi sebesar 208.
    Menurut data dari Puskesmas Kota Tahun 2009 yaitu jumlah laki-laki sebesar 8325 orang dan jumlah perempuan sebesar 8426 orang. Dari jumlah pria yang memakai kontap sebesar 16 orang dan jumlah pria yang memakai kondom sebesar 50 orang.
    Namun  dalam pelaksanaannya ternyata pria masih sukar untuk diajak  berpartisipasi aktif dalam program KB. Permasalahannya antara lain adalah kondisi lingkungan sosial, budaya masyarakat dan keluarga yang masih menggangap partisipasi pria masih belum penting dilakukan karena pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga mengenai KB masih relatif rendah karena keterbatasan penerimaan dan aksesabilitas pelayanan kontrasepsi pria serta permasalahan lain yang turut mendukung seperti peran tokoh agama yang masih kurang, sarana pelayanan KB bagi pria masih terus ditingkatkan, keterbatasan pilihan alat kontrasepsi yang tersedia dan sebagainya (http://www Partisipasi KB Pria Masih Rendah .go.id).
    Berdasarkan data di atas penulis ingin mengetahui Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Akseptor KB Metode Operatif Pria (MOP) di Wilayah Puskesmas Kota Tahun .

B.    Perumusan Masalah
    Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP) di Wilayah Puskesmas Kota Tahun ?”.

C.    Tujuan Penelitian
C.1.    Tujuan Umum
    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP) di Wilayah Puskesmas Kota Tahun .
C.2.    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP) berdasarkan umur di Wilayah Puskesmas Kota Tahun .
2.    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP)  berdasarkan pendidikan di Wilayah Puskesmas Kota Tahun .
3.    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pria Tentang  Metode Operatif Pria (MOP) berdasarkan pekerjaan di Wilayah Puskesmas Kota Tahun .
4.    Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP)  berdasarkan sumber informasi di Wilayah Puskesmas Kota Tahun .

D.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Peneliti
    Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian dan juga sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Program Dinas Kesehatan Politekkes Prody Kebidanan .       
2.    Bagi Institusi Pendidikan
    Dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Program Dinas Kesehatan Tengah Politekkes Prodi Kebidanan Padang Sidimpuan dan sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
3.    Bagi Tempat Penelitian
    Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi petugas kesehatan khususnya yang ada di Puskesmas tentang Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP) sehingga petugas kesehatan mengetahui Tentang Metode Operatif Pria (MOP) pada pasangan usia subur khususnya dan untuk sebagai penyuluhan kepada masyarakat terutama pada masyarakat terutama pada pria terutama masyarakat yang ada di Wilayah Puskesmas Kota .
silahkan download KTI SKRIPSI
Gambaran Pengetahuan Pria Tentang Metode Operatif Pria (MOP)
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: