Minggu, 14 April 2013

Tindakan Keluarga dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia

KTI SKRIPSI
Tindakan Keluarga dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia

ABSTRAK
Di ditemukan penduduk yang berusia diatas 60 tahun ke atas berjumlah 631.604, sedangkan didaerah ditemukan penduduk Lansia diatas 60 tahun keatas yaitu berjumlah 61.108. Sedangkan hasil survey yang dilakukan peneliti di Desa Kecamatan Kabupaten dijumpai 55 orang lansia. Lansia beresiko tinggi terhadap osteoporosis. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui tindakan keluarga dalam pencegahan osteoporosis pada lansia berdasarkan persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi. Osteoporosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan masa tulang yang berakibat meningkatnya resiko patah tulang. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan jumlah populasi 55 responden. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tindakan berdasarkan persepsi baik berjumlah 34 responden (61,8%), cukup berjumlah 16 responden (29,1%), kurang berjumlah 5 responden (9,1). Tindakan berdasarkan respon terpimpin baik berjumlah 42 responden (76,4%), cukup berjumlah 8 responden (14,5%), kurang berjumlah 5 responden (9,1%). Tindakan berdasarkan mekanisme baik berjumlah 25 responden (45,4%), cukup berjumlah 21 responden (38,2%), kurang berjumlah 9 responden (16,4%). Sedangkan yang melakukan tindakan berdasarkan adaptasi baik berjumlah 43 responden (78,2%), cukup berjumlah 8 responden (14,5%), kurang berjumlah 4 responden (2,3%). Dengan demikian diharapkan bagi keluarga agar lebih memperhatikan kesehatan keluarga khususnya lansia dengan tindakan osteoporosis yang tepat.
Kata Kunci    : Tindakan+Keluarga+Pencegahan+Osteoporosis + Lansia

BAB  I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Penuaan sering diikuti dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau sakit. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan, penurunan berbagai kemampuan organ, fungsi dan sistem tubuh ada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Menurut WHO, pada tahun 2009 osteoporosis menduduki peringkat kedua dibawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data Internasional Osteoporosis Foundation lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%, sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.
Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009, dampak osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang harus diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari populasi.
Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak, tidak berolahraga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium. Maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis.
Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada orang tua juga dapat menyebabkan osteoporosis. Kekurangan magnesium juga dinyatakan sebagai salah satu penyebab osteoporosis. Magnesium terlibat dalam  300 lebih fungsi tubuh, selain untuk membantu metabolisme kalsium dan vitamin D, magnesium juga berperan langsung dalam mencegah pengeroposan tulang.
Persoalan osteoporosis pada lansia erat hubungannya dengan kemunduran produksi beberapa hormon pengendali remodeling tulang, seperti kalsitonim dan hormon seks. Dengan bertambahnya usia, hanya produksi beberapa hormon tersebut akan merosot, hanya saja penurunan produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang, akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke 50 disusul tahun terakhir adalah testosteron pada kurun waktu usia 45-53 tahun.
Jika dihitung secara kasar maka dengan pertambahan usia harapan hidup pada  tahun 2000 diperkirakan ada sekitar 14,7% dari 15,5 juta lansia yang beresiko patah tulang osteoporosis dengn perkiraan biaya sekitar US$ 2,7 miliar, sehingga pada tahun 2015 diperkirakan jumlah lansia 24 juta dengan resiko patah tulang osteoporosis sebanyak 352.850 dengan estimasi biaya US$ 3,2 miliar.
Menurut data statistik pada tahun diperkirakan jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun ke atas di Sumatera Utara yang dalam keadaan kesehatan baik sebanyak 242.99, yang dalam keadaan kesehatan cukup sebanyak 215.787 dan dalam keadaan kesehatan yang kurang sebanyak 172.818. Jadi jumlah penduduk lansia yang diatas 60 tahun adalah 631.604, sedangkan jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun keatas di yang dalam keadaan baik sebanyak 21.703 dan dalam keadaan cukup sebanyak 19.222, sedangkan yang dalam keadaan kesehatan kurang sebanyak 20.183. Jadi jumlah total keseluruhan penduduk lansia yang 60 tahun keatas adalah 61.108. (http://www.datastatistik – Indonesia.com).
Berdasarkan survey yang dilakukan di Desa dijumpai 55 orang lansia. Maka disinilah peneliti tertarik untuk meneliti “Tindakan Keluarga Dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia di Desa Kec. Tahun ”.

1.2    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun yang menjadi perumusan masalah peneliti adalah “Bagaimana Tindakan Keluarga Dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia di Desa Kec. Kab. Tahun ”.

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Tindakan Keluarga Dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia di Desa Kec. Kab. Tahun ”.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pencegahan osteoporosis berdasarkan persepsi.
2.    Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pencegahan osteoporosis berdasarkan respon terpimpin.
3.    Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pencegahan osteoporosis berdasarkan mekanisme.
4.    Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pencegahan osteoporosis berdasarkan adaptasi.

1.4    Manfaat Penelitian
1.    Menambah pengetahuan / wawasan bagi penulis tentang osteoporosis.
2.    Bagi keluarga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi keluarga dalam rangka mengevaluasi pengetahuan mereka dalam meningkatkan upaya-upaya untuk mengetahui pencegahan osteoporosis.
3.    Dari data yang diperoleh dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dibidang kesehatan, khususnya osteoporosis pada lansia.
4.    Bagi institusi sebagai referensi / bacaan di perpustakaan Akademi.
silahkan download KTI SKRIPSI
Tindakan Keluarga dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: