Selasa, 23 Oktober 2012

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Minat Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Siswi

KTI SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN MINAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI PADA SISWI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia dapat dilihat dengan meningkatkan umur harapan hidup rata-rata 45 tahun di tahun 1971 menjadi 63 tahun di tahun 1991. Hal ini menyebabkan struktur penduduk yang dilihat dari meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut selain itu juga pengaruh industrialisasi dan urbanisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup yang mengakibatkan berubahnya pola penyakit, ditandai dengan menurunnya prevalensi penyakit infeksi diikuti dengan meningkatnya penyakit kronis degeneratif, salah satu contohnya adalah kanker ( Tehuteru dan Tjakraatmaja, 1998 ).
Kanker adalah salah satu dari empat besar penyakit utama pada masyarakat modern. Keempat penyakit utama tersebut adalah penyakit jantung koroner, penyakit kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan ( lalu lintas ). Namun sekarang keempat besar penyakit tersebut telah bertambah menjadi lima besar dan penyakit yang kelima ini adalah HIV/AIDS ( Hawari,2004 ).
Kanker payudara adalah kanker yang menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim pada perempuan. Di Amerika kanker payudara ini menduduki peringkat tertinggi diantara kanker yang lainnya. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa kanker payudara baik di Indonesia maupun Amerika Serikat memperlihatkan kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun ( Hawari, 2004 ).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian kanker payudara adalah dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemeriksaan payudara sendiri merupakan deteksi dini kanker payudara yang paling banyak dianjurkan bagi setiap wanita. Tindakan ini sangat penting karena hampir 85 persen benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Caranya sangat mudah dan murah karena dilakukan oleh diri sendiri, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak mengakibatkan kerusakan jaringan dan dapat mendeteksi tumor sekecil apapun karena ujung – ujung jari tangan kita mempunyai kepekaan untuk bisa meraba massa yang berukuran satu centimeter ( 1 cm ) (Cahyani, 2000). Pemeriksaan ini dilakukan minimal satu bulan sekali setelah haid, sebab pengaruh proses haid terhadap payudara sudah tidak ada.
Beberapa penelitian memang menunjukkan SADARI tidak menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, namun kombinasi antara SADARI dan mammografi masih dibutuhkan untuk menurunkan risiko kematian akibat kanker payudara. Kearney dan Murray ( 2006 ) mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah dapat menemukan tumor / benjolan payudara pada stadium awal, penemuan awal benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mammografi untuk mendeteksi interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat melakukan mammografi dan menurunkan kematian akibat kanker payudara. Bagi setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur khusunya bagi mereka yang berumur diatas 20 tahun. Pada wanita yang berumur diatas 20 tahun atau mereka yang berisiko tinggi, agar mengambil peran aktif dalam mendeteksi dini ada atau tidaknya kanker payudara, yaitu kepada mereka yang secara rutin untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) karena dalam penelitian ternyata 75% hingga 85% kanker payudara ditemukan disaat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri ( Hawari, 2004 ).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 9 dari 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Adanya kasus kanker payudara sebanyak 9,1 persen yang terjadi pada usia di bawah yang sebelumnya banyak terjadi pada wanita berusia 35 – 50 tahun mulai menyerang usia yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena meningkatnya faktor risiko kanker payudara itu sendiri misalnya faktor eksogen seperti pola hidup, pola makan dan faktor endogen. Sehingga sangat diperlukan deteksi dini untuk menemukan kelainan pada payudara (Ramli, 2002).
Salah satu cara yang efektif dan efisien dalam upaya pencegahan atau deteksi dini adanya kanker payudara adalah dengan SADARI secara rutin. Sebab SADARI merupakn skrining dan deteksi kanker payudara yang ampuh dan memenuhi syarat serta sangat efisien. Pemeriksaan yang dilakukan sangat sederhana, ekonomis, tidak menyebabkan sakit dan cepat ( Sutjipto, 2003 ).
Diagnosis awal SADARI dan pengobatan yang tepat sangat memungkinkan penyembuhan kanker secara total ( Dixon dan Leonart, 2002 ). Wanita yang tampak sehat dan tidak terdapat keluhan pada payudaranya, belum tentu ia tidak terkena kanker payudara oleh sebab itu sebaiknya pemeriksaan payudara sendiri dan dilakukan secara rutin sangat diperlukan ( Cahyani, 2000 ).

Pada kenyataannya, deteksi dini kanker belum populer di Indonesia, karena ketidaktauan, ketidakpedulian dan ketidakmampuan finansial, dan banyak anggota masyarakat yang takut menghadapi kenyataan bahwa ada diantara mereka yang terkena kanker payudara ( Sumarny, 2002 ). Sehubungan dengan masalah kurang memasyaraktnya deteksi dini kanker di Indonesia maka sangat dibutuhkan usaha penanggulangan secara terpadu dengan melibatkan bidang medis dan ilmiah, pemerintah serta masyarakat untuk mengatasi dan menghadapi penyakit kanker yang merupakan momok bagi kita semua ( Sumarny, 2002 ). Minat masyarakat untuk melakukan pemeriksaan SADARI masih sangat rendah, hal ini banyak dipengaruhi oleh ketidaktahuan wanita akan bahaya kanker payudara, sedangkan pengetahuan masih dipengaruhi oleh pendidikan maupun ekonomi. Selain masih banyaknya anggapan bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan sehingga ada rasa takut untuk melakukan SADARI. Adanya cerita yang disampaikan oleh oranglain bahwa pemeriksaan SADARI tidak cukup berguna bagi mereka apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, sehingga menimbulkan keraguan untuk melakukan SADARI.
Sebagian besar siswi di melakukan SADARI merupakan hal yang kurang begitu diminati. Hal ini juga cenderung dipengaruhi oleh faktor ketidaktahuan akan bahaya kanker payudara, sedangkan untuk informasi terkait kanker payudara sangat minim. Mereka beranggapan bahwa SADARI tidak bisa menyembuhkan kanker payudara. Oleh karena itu, pemberian penyuluhan perlu dilakukan karena para siswi – siswi merupakan kelompok yang potensial.
Penyuluhan pada setiap wanita diprioritaskan mengenai bagaimana dan kapan melakukan pemeriksaan payudara mereka sendiri. Diperkirakan bahwa hanya 25% - 30% wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan baik dan teratur setiap bulannya. Wanita yang lebih muda yang mungkin mempunyai benjolan pada payudara mereka ternyata kesulitan dalam melakukan SADARI. Bahkan wanita yang melakukan SADARI mungkin menunda untuk mencari bantuan medis karena ketakutan faktor ekonomi, kurang pendidikan, enggan untuk bertindak jika tidak terasa nyeri, faktor- faktor psikologis dan kesopanan (Smeltzer, 2001).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data dari tanya jawab 10 sisiwi yang terdiri dari siswi kelas XI bahwa 7 diantara mereka pernah mendengar tentang kanker payudara dan juga tentang SADARI namun kurang mengerti apa maksud dari SADARI itu sendiri, 2 diantara mereka bahkan tidak mengetahui sama sekali mengenai SADARI serta hanya 1 orang yang pernah melakukan SADARI itupun dalam jangka waktu yang tidak teratur dengan alasan tidak merasakan adanya keluhan pada payudaranya. Melihat hal yang demikian ini, maka penyebarluasan pengetahuan dan informasi mengenai SADARI perlu digalakkan, untuk meningkatkan kesadaran siswi melkukan pemeriksaan dini kanker payudara, dan untuk kedepannya pemeriksaan serupa dapat terus dilaksanakan dengan penuh kesadaran sendiri. Maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan dengan Minat Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri ( SADARI ) pada siswi”.

B.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan penulis, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu “ Bagaiman Tingkat Hubungan Pengetahuan tentang Kanker Payudara dengan Minat Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri ( SADARI ) pada Siswi Kelas XI di “.

C.    TUJUAN PENELITIAN
1.    Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan minat melakukan pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI ) pada siswi.
2.    Tujuan khusus
a)    Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang kanker payudara pada siswi.
b)    Diketahuinya minat melakukan SADARI pada siswi.
silahkan download KTI SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN MINAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI PADA SISWI
KLIK DIBAWAH 

Tidak ada komentar: