Kamis, 04 Oktober 2012

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI terhadap Pemberian PASI pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas



KTI SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS
 BAB I 
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Penelitian
Negara Republik Indonesia adalah negara yang memiliki tujuan nasional dan cita-cita luhur yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dipersiapkan secara dini sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas (Muchtadi, 2002).
Pemberian ASI dari awal kelahiran sampai 4-6 bulan akan menjadikan sendi-sendi kehidupan yang terbaik baginya kelak. ASI juga menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dalam cara yang paling sehat. Karena ASI adalah makanan terbaik diawal kehidupan bayi (Soetjiningsih, 1997).
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila gizi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Melalui ASI eksklusif akan lahir generasi baru yang sehat secara mental emosional dan sosial (Soetjiningsih, 1997).
Namun, menurut para ahli saat ini banyak ibu-ibu baru yang memberikan bayi mareka PASI, tetapi mereka menghentikannya lebih awal. Hal tersebut terjadi karena banyak sekali hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian PASI.
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya, pengetahuan lama yang mendasar seperti pemberian ASI justru kadang terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan dalam pemberian ASI merupakan kehilangan yang besar, karena pemberian ASI adalah suatu pengetahuan yang berjuta-juta tahun mempunyai peran penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Pengaruh kemajuan tehnologi dan perubahan sosial budaya juga mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan umumnya bekerja diluar rumah dan makin meningkat. Ibu-ibu golongan ini menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu botol daripada menyusui, semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita diberbagai sektor, sehingga semakin banyak ibu harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 4 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif dan adanya mitos-mitos yang menyesatkan juga sering menghambat dalam pemberian ASI (Ebrahim, 1986).
Tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang pemberian PASI mengakibatkan kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya, bahkan kita juga sering melihat bayi yang baru berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. Pemberian susu formula, makanan padat / tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu. Pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian susu formula, makanan padat / tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya (I Gde Manuaba, 1998).
Program peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan dengan kesepakatan global antara lain, deklarasi Incocenty (Italia) pada tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 80% pada tahun 2000 (Anwar, Harian Pelita, www.Depkes.co.id)
Pemberian ASI saja (ASI eksklusif) dianjurkan sampai bayi berumur 6 bulan kenyataannya di Indonesia hampir semua bayi mendapatkan ASI, namun hanya sekitar 52% ibu memberikan ASI eksklusif. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Propinsi Lampung adalah 34,53% dari 57,208 (Laporan Tahunan Promkes tahun 2005). Cakupan pemberian ASI eksklusif di adalah 13,49% dari      2,950 (Laporan tahunan Dinkes 2004-2005. Di Puskesmas Pembantu hanya 20% dari 100 bayi yang diberikan PASI (Laporan Puskesmas Pembantu).
Berdasarkan hasil pra survey yang telah dilakukan oleh penulis di Wilayah Puskesmas Pembantu , didapatkan dari 100 bayi terdapat 20 bayi (20 %) yang tidak diberikan ASI eksklusif. Dilihat dari tingkat pendidikan ibu di wilayah Puskesmas Pembantu rata-rata pendidikan ibu SMP, sehingga ibu memberikan bermacam-macam makanan seperti susu formula, air teh, nasi lembut, pisang. 
Melihat hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan atau minuman pendamping ASI pada ibu menyusui di Wilayah Puskesmas Pembantu 

1.2    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, di Indonesia terdapat 52% ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif di Lampung; 34,53% ibu-ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif di 13,49%; ibu-ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif. Desa terdapat 20% ibu-ibu menyusui yang memberikan PASI pada usia 0-6 bulan. Dari hasil pra survey, ternyata  masih  banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif di Wilayah Puskesmas Pembantu 

1.3    Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu  

1.4    Pertanyaan Penelitian
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas 

1.5    Tujuan Penelitian
1.5.1    Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu 
1.5.2    Tujuan Khusus
1.    Mengetahui karateristik responden yang memberikan PASI pada bayi 0 – 6 bulan (Umur, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan, Wilayah Puskesmas Pembantu.
2.    Mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu.

1.6    Manfaat Penelitian
1.6.1    Bagi Institusi Akademi Kebidanan.
Sebagai salah satu bahan pustaka bagai peneliti selanjutnya.
1.6.2    Bagi Puskesmas Pembantu
Diharapkan akan memberi manfaat sebagai bahan masukan atau tambahan dalam memberikan pengetahuan pada ibu menyusui.
1.6.3    Bagi Ibu
Khususnya ibu menyusui diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara pemberian PASI
1.6.4    Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam memberikan Asuhan Kebidanan kepada ibu.

1.7    Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1    Jenis  penelitian     :    Deskriptif
1.7.2    Objek penelitian     :    
    a. Variabel Terikat :     PASI
    b. Variabel Bebas    :     1. Karakteristik Responden
            2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI  
                terhadap Pemberian PASI
1.7.3    Subjek Penelitian      :     Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan
1.7.4    Lokasi Penelitian     :     Di Wilayah Puskesmas Pembantu
1.7.5    Waktu Penelitian     :     Januari s/d Mei 
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXYPROGESTERONE ASETAT (DMPA) DI RB
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Kuesioner, Lampiran)

Tidak ada komentar: